“Buka bareng yuk Jil.” Itu kata
gue di BBM.
“Hayuk.” Jawab Pajil.
“Yaudah aku kabarin yang
lainnya dulu.” Masih ngobrol menggunakan BBM.
Rabu, 17 Juli 2013 adalah hari
paling gue tunggu-tunggu. Soalnya untuk pertama kali anak BlackBoxBDG buka
bersama di kosan.
“Kenapa di kosan Roe?” Nabil
tiba-tiba nanya.
“Lo itu bisa muncul kapan aja
ya.” Ini gue yang ngomong.
“Yaiyalah. Kan kita pren.”
Nabil semena-semena omongannya.
“Banyak alasannya kenapa kita
buat acaranya di kosan. Yaudah. Lo tenang aja dulu disana. Gue mau nulis
dulu. Ntar lo tinggal baca aja deh."
Tiba-tiba gue sakit perut mau
nulis ini cerita. Gue akhirnya memutuskan untuk berak dulu.
…
Berakpun selesai. BlackBoxBDG
ini terkenal dengan memiliki waktu luang yang bisa dibilang sangat luang
sekali. Seluang lapangan sepak bola.
Baru dengar cerita gue Nabil
udah ngoceh deluan “Itu Luaas.”
Sehingga hari apapun bisa buat
acara. Haha. Soalnya kebanyakan yang masih menetap disini adalah mahasiswa
super saiya tiga seniornya. Lebih dikit ya. Disini gue cuma pengen nulis
singkat aja. Enggak mau panjang-panjang. Soalnya acaranya terlalu seru untuk
diceritakan. Bukan juga sih, karena ingatan gue yang sedikit mulai
melemah.
Buka bersama ini sudah
direncanakan sejak hari selasa. Hari selasa gue mulai bersihin kamar. Bersihin
kamar doang sih. Ya enggak usah bersih bangetlah, ntar juga kotor lagi.
Rabunya gue mulailah memindahkan barang-barang yang menurut gue besar dan
memakan banyak tempat. Mungkin menurut kalian juga sama seperti gue.
Ada dua target barang yang
ingin gue pindahin. Pertama adalah kasur dan seperangkat alat tidurnya. Kedua
adalah meja belajar dan temannya yang bernama kursi. Untungnya gue mempunyai
tetangga kosan yang baik. Baik-baik sih anak kosan gue. Dengan meminta bantuan
dari tetangga kosan bernama Ari. Akhirnya kasur terpindahkan dengan
selamat.
Barulah memasang ambal yang
sudah gue jemur lima sampai enam jam diluar. Wah, masih kurang ini alasnya. Bedcover
jadul-pun menjadi alas. Tambah sarung nganggur disana. Akhirnya semua
yang masuk ke dalam kamar gue bisa duduk dengan … tidak nyaman.
“Lhoh kenapa enggak
nyaman?”
Nyaman sih sebenarnya. Cuman
itu bedcover sama sarung kalau pantat mereka goyang-goyang itu alasnya
juga ikut bergerak tidak beraturan. Alas duduk sudah dipersiapkan. Tepat pukul
sebelas gue berangkat keluar dari pintu kosan. Gue pergi menuju pasar baru.
Awalnya sih beli titipannya bang Jilo. Eh, gue terhipnotis sama mamak-mamak
yang jualannya. Jadi beli banyak macem snack.
Yasudahlah, tidak apa. Toh,
setahun sekali juga. Lima macam snack-pun terbeli. Akhirnya gue
membawanya dengan menggunakan kresek gede. Yah, mana dapat angkot
yang rame penumpangnya. Itu juga gue dapat tempat duduk di pintu masuk
penumpang. Mana sopirnya mau nyari dua penumpang lagi baru jalan.
Eh, beneran dua penumpang masuk
dong kedalam angkot. Awalnya sih mereka enggak mau. Karena termakan rayuan
sopirnya masuklah mereka kedalam tempat sempit tersebut. Ya mana lagi kalo
bukan “TUJUH LIMAA~” Bahkan bisa dibilang ini lebih dari tujuh lima isinya.
"Aduh, gue mulai ngantuk nulis
ini. Gue tidur dulu ya."
…
Kemudian tulisan ini berlanjut
ke tanggal 29 Agustus 2013.
"Hai, sudah tidak berpuasa kan
sekarang. Gue juga sudah berada di Bandung lagi. Ha ha."
“Kok lo malah ketawa Roe.
Seharusnya lo bersyukur.”
“Oiya Bil. Bener juga lo.
Alhamdulillah.”
Sebenarnya gue sudah mulai lupa
dengan apa yang terjadi di acara buka bareng tersebut. Tenang. Gue akan
berusaha mengingat kembali.
Pukul empat sore sudah
terbentuk. Orang yang datang ke kosan gue deluan adalah Husen dan Evans.
Selanjutnya Pajil. Menyusul Ipunk. Datang lagi Eki, Astrid dan Mia. Semua
makanan sudah tersedia di hadapan mereka. Gue yang bertugas sebagai tuan kosan
segera menuju ketempat pemesanan minuman. Kita akan minum sarang burung
men.
Ternyata Astrid tidak bisa
terlalu lama di dalam kosan. Dia bisa kepanasan berada didalam sana dan
memutuskan untuk balik ke rumah Oomnya.
“Lah, kosan lo kok bisa
panas?"
Bukan, bukan. Gue hanya
mengarang saja itu. Astrid pulang karena ia harus ikutan buka bareng bersama
keluarganya yang berada dimana gue juga udah lupa. Pokoknya jauhlah
tempatnya.
Berkurang satu orang tidak
mengurangi suara keramaian kamar ini. Justru malah memperluas posisi duduk kami
yang berada didalamnya. Haha. Armanda akhirnya datang. Dia datang berbarengan
sama Eki yang bertugas menjemputnya di Mcdi. Makanan ringan yang tersaji
di depan mereka menjadi berat. Kenapa? Ya karena itu banyak sekali memang.
Cemilan, kue-kue dan gorengan yang begitu banyak sekali jumlahnya pada saat
itu.
Sampai-sampai mereka tidak mau
membeli makanan berat. Berapa jam kemudian Akbar datang. Ia datang ke kosan
hanya untuk bersalaman kemudian numpang ngobrol dan merokok. Dia tidak mau
makan dan minum. Gue jadi curiga. Jangan-jangan ia berpuasa di malam
hari.
Tidak mungkin. Karena dia
melakukan gerakan merokok disertakan dengan bendanya yang bernama rokok. Uwh,
gue tidak menyukai asap rokok. Asapnya membuat gue jadi susah untuk melakukan
pernapasan.
Pukul delapan malam lewat
berapa ini gue juga enggak tau. Ipunk harus pulang ke Lembang.
“Tunggu. Jangan pulang dulu
Punk foto-foto dulu kita.” Ini perintah kecil-kecil gue kepada teman yang
lainnya juga.
Akhirnya sesi pemotretan
dimulai. Sesi ini berlangsung lama. Tidak. Cuma setengah jam paling lama.
Setelah Ipunk pulang. Tidak berapa lama kemudian Armanda juga ikutan pulang.
Karena dia ada tugas untuk menyelesaikan tugas akhirnya yang sebentar lagi akan
menjalankan harinya dengan kata “Wisudaa men.”
Oh, tidak. Gue tidak harus
kaget mendengar kata-kata tersebut. Gue sudah sering mendengarnya. Bahkan kata
tersebut mulai sering terdengar sejak tiga tahun yang lalu. Ya bagaimanapun
juga gue ingin menyandang kata wisuda tersebut.
Setelah ngobrol lama. Mereka
sedikit meronta-ronta untuk meminta makan. Gue dan pajil akhirnya keluar untuk
mebeli makanan mereka. Tidak jauh sih jaranknya. Paling dua puluh langkah lebih
atau kurang sudah sampai. Mereka sudah memesan makanan sesuai dengan keinginan
mereka. Ya sebenarnya sih enggak banyak menunya. Cuma ada ayam goreng dan ayam
bakar.
…
Tidak lama kemudian gue dan
Pajil sampai ke kosan kembali. Makan berat ternyata terlaksana. Mereka makan
dengan begitu tenang. Hanya gue dan Akbar yang tidak makan pada saat itu. Yah,
ternyata si Akbar udah mau balik aja. Enggak ada makan dan minum juga
dikit. Gue suruh bawa makanan dianya enggak mau.
Sambil menunggu mereka makan.
Tugas gue disana adalah mendengarkan mereka bercerita. Banyak tema yang dapat
diceritakan. Mulai dari kejadian kita di masa kecil. Politik Aceh dan Indonesia
juga mereka bahas. Dan yang terakhir ini yang paling gue demen ceritanya.
Cerita tentang pengalaman seorang dokter yang bernama Evans. Keren banget
ceritanya. Bisa membuat cowok-cowok berburu untuk menjadi dokter. Haha.
Pukul sepuluh malam lewat lima
belas atau dua puluh ya pada saat itu. Pastinya pukul sepulahnya tidak salah.
Mereka pulang. Karena besok ada yang kerja. Cuma Mia doang sih yang kerja di
dalam kosan ini. Yang lainnya masih akan dan terus menyusul untuk berkerja.
Mereka pulang dengan rapi. Tidak ada aksi saling dorong atau bertengkar untuk
dapat keluar dari pagar kosan gue.
Mereka pulang. Pulang
ketempatnya masing-masing. Ada rasa ingin terus bersama teman-teman lebih lama
lagi. Bosannya itu tidak akan pernah mucul ketika kita bersama teman-teman yang
kita cintai. Mereka selalu saja ada bahan untuk dibahas. Baik itu untuk mencela
satu teman ke teman yang lainnya.
Mereka mencela bukan untuk
bermaksud melakukan ejekan batin teman lainnya. Ini hanya hiburan semata. Dan
yang gue senangnya teman yang terejek tidak mengalami tekanan batin. Haha.
Kenapa? Karena kita sudah mengenalnya sejak kita masih di bangku Tunas
Karapan.
“Apaan tuh Roe Tunas Karapan?”
Nabil langsung nanya dengan sigap.
“Bukannya itu kepanjangan dari
TK Bil?”
“Oncom bener nih anak.
Bukaaaan."
“Jadi apaan?” Gue masih
pura-pura bingung.
“TK itu kepanjangan dari Taman
Kenanak.”
“HAHAHA…”
“Haha..” Nabil tiba-tiba ikutan
ketawa maksa.
“Lah, kenapa lo jadi ketawa?”
Ini Nabil masih bingung kenapa gue ketawa.
“Taman Kana-kanak yang
benernya.” Gue mencoba membenarkan.
“Kan TK, bukan TKK.”
“Ah, udahlah jangan lagi
dibahas Bil gue pusing liat muka lo."
“Kenapa lo pusing liat muka
gue. Seharusnya lo pusing dengan kata ‘TK’ bukan dengan muka gue.”
“Oke-oke. Gue mau lanjut lagi
ceritanya. Dikit lagi nih cerita.”
“Ya.” Masih kesel dengan muka
sendiri.
Ini adalah ucapan terima kasih.
Terima kasih buat Evans yang
sudah jauh-jauh datang ke kosan. Untung saja dia dijemput Husen. Terima kasih
juga buat sedikit ilmu kedokteran yang telah engkau berikan dan sedikit ilmu
tentang politik di daerah Aceh.
Terima kasih kepada Husen.
Disini dia sebagai pendengar yang baik. Ya walaupun mendengarkannya sambil
makan tentunya. Jiwa untuk menolong orang Husen masih nomer satu di versi gue.
Terima kasih kepada Pajil dan
Eki. Mereka adalah duet maut dalam hal perdebatan yang bakalan lama berhenti
mengadu argumen. Kalo menurut gue mereka berdua ini adalaha ‘main pria’.
Uwek tidak enak bener kedengarannya. Kata ini tidak sepenuhnya benar
untuk Pajil. Walaupun demikian mereka berdua adalah teman yang baik dan bisa
diandalkan.
Terima kasih kepada Mia. Terima kasih buat Mia apa ya? Yaudah, ini aja ucapannya. Terima kasih Mia sudah
menjadi pemanis kosan di malam hari. Kalau enggak ada Mia mungkin kosan ini
hanya terisi cowok-cowok STM yang haus akan melihat seorang cewek.
Terima kasih Akbar sudah mau
menyempatkan diri untuk datang ke kosan gue walau hanya sebentar. Sukses terus
buat Akbar dan tetap terus berada di jalan yang bener. Ya, walaupun dia sedang
di jalan yang benar.
Terima kasih kepada Armanda
untuk menyempatkan datang walau memiliki waktu yang cukup padat. Sepertinya
waktunya bakalan lebih padat lagi ketika ia lulus kuliah dan akan mencoba
peruntungannya di Jakarta. Dimana lagi kalau bukan untuk mencari pekerjaan yang
dia impikan.
Terima kasih kepada Hanifah
yang telah berjasa menjadi guru SMK. Walau jarak ke sekolahnya harus selalu
melewati tangkuban perahu. Menurut gue itu suatu pekerjaan menyenangkan bisa
dan bakal selalu melewatinya.
Gue akan selalu menghormati
guru sebagai pahlawan tanda jasa. Yang membuat gue bisa menulis dan kemudian
bisa mengetik ke komputer untuk bisa menulis/ngetik tulisan sebanyak
ini. Jangan lupa kirim-kirim foto anak SMK kalau ada yang cantik. Jangan kasih
Ekik deluan. Ntar gue bisa kalah saing.
“Jiah, itu berarti lo bersaing
tidak secara sehat dong.”
“Bersaing secara sehat juga
boleh kok Bil.”
“Gitu dong. This is my Bro.”
Nabil sok gaya ngomong pake bahasa Inggris.
“Eh, ngomong-ngomong kenapa lo
udah bisa memutuskan kalo lo kalah saing denga Ekik?”
“Hahaha…” Ketawa aja dulu
alasannya belakangan.
…
Terakhir ucapan terima kasih
kepada Astrid. Terima kasih sudah bersedia membuang sedikit bensin motornya
untuk mampir ke kosan gue. Haha. Abisan gue bingung. Soalnya dia sebentar
banget datang kekosan. Sukses terus buat karir yang sedang ditempuh.
“Dan ceritapun selesai.”
“Ucapan terima kasih buat
guenya mana Roe?” Nabil mulai ngiri.
“Kan lo enggak datang.”
“Kan gue ada waktu itu. Cuma
lo-nya aja enggak liat.”
“Ish, horor banget lo Bil."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar