"Siang..."
“Siang gitu kejadiannya?” Ini
Nabil mencoba mencuri obrolan gue.
"Sianglah. Lo liat, itu anak
SD baru pulang sekolah."
“Iya. Terus lo ada masalah apa
dengan fotonya.”
"Ya sabarlah. Ini juga gue baru
mulai ceritanya."
…
Cuaca panas pada siang itu
membuat gue dan teman gue harus berhenti di sebuah toko potong rambut.
“Apa. Toko potong
rambut?”
"Iyaya. Jadi apa ya? Hmm…"
“Gimana kalo di sebuah rumah
kontrakan yang sedang mebuka usaha potong rambut.”
Buset.
Panjang amat. Lanjut lagi nih. Teman gue emang udah punya rencana dari
awal untuk potong rambut. Kami melakukan karena lagi nunggu raket yang
sedang dipasang senar baru dimana jaraknya tidak jauh dan tidak dekat dengan
toko potong rambut.
Gue-pun menunggu diluar ruangan
pemotongan rambut. Karena didalam ruangan tersebut sangatlah panas. Beberapa
menit kemudian gue melihat segerombolan anak SD datang. Bukan, bukan. Bukan
buat gebukin gue kok. Melainkan mereka ingin bermain.
Cara ini sangat mirip sekali
dengan apa yang gue lakuin semasa SD dulu. Gue tertawa manja melihat aksi
mereka memasukan badannya kedalam lobang pembatas pagar tersebut.
“Kok ketawa manja sih Roe?”
Nabil berusaha bertanya.
Ya biar sedikit ada nuansa
romantisnya. Lanjut. Gue sampe lupa mau cerita apa dengan foto kejadian
lumayan langka ini. Dari lima… eh, enn.. tujuh aja deh. Biar keren
kedengarannya. Ada satu anak SD lucu disana. Dia adalah anak yang sedikit
mempunyai badan tidak sama dengan teman yang lainnya. Kalo kata lugunya sih
gembrot.
“Oh, men. Masih ada kata gembrot
jaman sekarang?”
"Aduh, Bil. Lo motong
cerita gue aja sih. Ini gue lagi susah payah ingatnya."
Jadi ada anak yang badanya
besar dan gerakannya juga lambat. Dia terpaksa masuk satu-satu ke lobang
pagar tersebut. Kasian dia. Beginilah cara mereka melakukannya.
Pertama, lempar tas ke arah
yang mereka tuju. Kedua, mereka harus menaiki tanah yang ada didepan
mereka. Ini sih kebetulan aja ada tanah yang menggunung. Jadi, ya dipermudahlah
mereka melakukan aksi. Ketiga, Mulailah mereka memilih lobang pagar yang
mereka inginkan. Disini tidak ada aksi saling bantu teman. Ketika kepala sudah
lewat. Lewatlah sudah semua bagian tubuhnya. Kemudian lanjut lagi lari
mereka.
Kasian sekali bagi anak yang
berat badannya diatas rata-rata anak-anak biasanya. Ternyata ada satu anak yang
baik untuk membantu mendorong masuk secara paksa. Sebelumnya anak ini menyuruh
si gembrot masuk ke lobang pagar yang lebih besar. Kemudian dia
baru membantu anak tersebut untuk melewati pagar tersebut. Ada teriakan kecil
gue dengar pada saat itu. Haha. Gue tertawa melihatnya sambil duduk cantik di
kursi bambu.
Ketika si gembrot itu
melewati pagar. Kemudian ia tertawa bangga dan lanjut lari kembali menyusul
teman lainnya.
“Terus, anak yang ada di foto
itu ngapain dia? Kencing di dinding. kayak orang dewasa, tapi malas mencari
kamar mandi. Lalu dia seenaknya saja mengeluarkan kelaminnya dan urinenya
disembarangan tempat. Anyiiing…”
Lhoh Bil. Kenapa kita jadi
bahas yang begituan disini. Haha. Gue setuju banget sama lo Bil. Gue sering banget
tuh liat orang dewasa melakukan begituan. Kadang tanpa malu-malu
melakukannya.
“Lo juga kenapa lanjuttin
bicaraan gue. Lanjut ke fotonyalah.”
Oke. Oke. Gue sedikit kebawa
suasana. Mari lanjutin ceritanya. Anak yang ada di foto ini adalah anak
beruntung yang bisa gue foto dan bisa gue jadiin bahan tulisan.
“Hhe.. Apaan lo. Berdomse.”
Nabil masang muka heran dan marah.
Santai Bil. Maksud gue anak ini
adalah sisa dari teman-teman lainnya yang ketinggalan. Lo liat aja tingkahnya
dia masih nyari lobang yang bisa dia masukin dan jelas sekali kalo
dari jauh kita bisa liat lobang tersebut enggak bakalan muat sama kepala
dan bagian badan dia.
Sebenarnya mau gue kasih tau
sih sama anak itu. Berhubung gue banyak nonton film binatang buas yang ada di tipi-tipi
yang sukanya bunuh binatang lainnya buat dia makan dan keluarga kecil.
“Apaan sih Roe. Omongan lo
kacau abis makin lama.” Nabil mengkerutkan jidatnya dan sambil
bermalasan berfikir.
Gue bukan guru Bil. Makanya gue
susah buat jelasinnya. Intinya mah, kan ada kameramen yang ambil
gambar tu binatang buas sama mangsanya. Kenapa kameramennya enggak bantu
itu bintang yang dikejar sama bintang buasnya. Suka enggak tega juga gue
liatnya.
Kecuali, gue sukanya si
binatang buas kejar-kejaran sama maksanya, terus si bintang buas tersebut
kecapean ngejarnya. Terus ngeliat eksperisnya dia ngos-ngossan nafasnya. Haha.
Puas banget gue adegan itu.
“Jiah, panjang amat lo
bahas binatang buas. Bukannya fotonya anak sekolahan SD.”
"Lo yang mancing deluan
sih."
“Terus, lo kenapa enggak mau
sebutin nama bintang buasnya?”
"Gue enggak enak aja sama tu
bintang. Udah binatang, ntar namanya makin tercoreng kalo gue sebut
binatangnya apa. Kasian Bil."
“Anyiing…”
"Bil, tadi pembahasan kita sampe
mana ya?"
“Lo baca aja deh sendiri dari
atas. Gue bisa jadi hijau kalo lama-lama bicara sama lo.”
"Lhoh, bukannya malah bagus lo
bisa hijau. Berarti lo ada klorofilnya. Atau lo bisa jadi Hulk. Keren banget
tuh."
"Bil. Nabil. Lo udah tidur?
Dikit lagi cerita gue kelar nih. Dengarin dong."
“Iye, gue dengarin. Cepatan.”
Ini Nabil ngomongnya dengan cara bibir tertutup dan gigi atas dan bawah dibuka
0.5cm.
Berapa menit kemudian itu anak
akhirnya lulus melewati rintangan lubang pagar. Setelah beberapa kali ia coba
masukin kepalanya satu-satu dengan sedikit paksaan. Selesai.
"Bil, lo mau tau rahasianya
enggak."
“Apaan?” masih tetap malas
dengarin cerita gue dengan menggunakan nada bicaranya sama kayak sebelumnya.
Dari jauh aja gue udah bisa liat sih lobang mana yang harus gue
masukin tanpa harus memilih. Caranya adalah lo mesti cari lobang dimana
cat pagarnya luntur. Atau hilang warna putihnya. Itu tandanya lobang
tersebut sering dimasukin banyak orang. Benar enggak tuh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar