Minggu, 06 Oktober 2013

Lebaran Juga Walau Beda Tanggal di Kalender


"Ramadhan tiba… Ramadhan tiba…"

Oke, gue bukan mau karokean disini. Takut yang baca entar pada kabur semuanya.

“Emang bisa ya dengar suaranya?”
"Hmm… Bisa gak ya? Yap, sudah gue putuskan gak bisa dengar pastinya."
“Yaiyalah~”

Gue senang dengan datangnya bulan Ramadhan tahun ini. Kenapa? Karena bulan Ramadhan tahun ini gue gak hanya berdiam diri di kosan selama tiga puluh hari, tapi sedikit kurangnya gue bisa ngelakuin hal-hal yang berbau positif.

“Ceaeellah Ru~ gaya banget kata-katanya.”
"Baik, langsung aja mulai ceritanya. Ini cerita gue di bulan Ramadhan."
“Udah tau kale. Buruan CUY~”

31 Juli: Sholat terawih bersama anak kosan.
Pastinya kita sudah tahu sebulan atau dua bulan sebelumnya kita puasa tanggal berapa dan lebaran tanggal berapa. Pasti itu. Pastilah. Puasa kali ini jatuh di tanggal 1 Agustus 2011. Satu hari sebelum puasa pastinya kita melaksanakan sholat terawih di masjid. Biasanya hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh masjid-mesjid masih pada penuh.

Hari berikutnya udah menghilang setengahnya dan semakin berkurang jamaahnya. Gue juga bingung kenapa bisa seperti itu? Tapi memang kenyataan seperti itu. Soalnya gue udah mengalaminnya bertahun-tahun.

Malam ini gue dan teman kosan gue mau terawihan bareng di masjid LIPI tidak jauh dari kosan. Sebenarnya masjid terdekat dengan kosan ada sih, pasti rame. Soalnya ini hari pertama masno. Mesjid paling dekat kosan itu berukuran kecil. Menurut gue pribadi masjid tersebut tidak bisa menampung lebih dari dua ratus jamaah. Yasuda, akhirnya kita berangkat ke masjid LIPI.

Gue udah pernah sih masuk ke dalam ini masjid. Kapan? Waktu awal semester dimulai. Soalnya siapa tidak datang, tidak diperbolehkan mengikuti mata kuliah agama. Yasudah, gak usah bahas masalah kuliah sekarang. Pokoknya ya gitulah awal masuk ke masjid ini. Gue lupa nama mesjidnya apaan. Maaf ya.

Masuklah gue untuk kedua kalinya. Ternyata masjid ini tidak ada perubahannya. Masih seperti dahulu. Besarnya, lantainya, ruang wudhu-nya dan masih banyak lainnya yang sama.

Sesudah sholat isya, sepuluh menit kemudian ada sedikit pengumuman. Kalo gak salah ada delapan isi pengumannya. Dan gue bakalan lupa kalo gue tulis semuanya disini. Gue tulis yang masih ingat aja di kepala.

Salah satunya adalah “Kita boleh datang ke masjid ini dengan pakaian paling bagus yang kita punya, tapi jangan datang dengan menggunakan sandal bagus juga. Soalnya pencurian sandal itu sudah tidak bisa kita hindarkan lagi.” Lebih dan kurang seperti itulah kata-katanya. Dan seluruh jamaah-pun tertawa. Jam gue sudah menjukkan pukul setengah sembilan. Sholat terawih-pun selesai.

1 Agustus: Bareng-bareng beli makanan buat sahur di warung nasi Euin.
Alaram hape udah bunyi-bunyi mengeluarkan suara yang makin lama makin besar. Lihat jam, wah udah jam setengah tiga. Langsung ke kamar mandi buat cuci muka dan lain sebagainya. –Apadeh-

Kemudian gue bangunin anak-anak kosan yang masih pada tidur. Ada sebagaian yang sudah bangun. Ada yang susah banget buat dibangunin. Ada yang masih main game. Ada yang daritadi malam gue liat ampe sekarang masih nonton. Ada yang colong start buat beli sahurnya. Eee~ gue liat ke kamarnya udah makan sikawan. Cukup menikmati.

Jam tiga kurang lima belas menit akhirnya kami turun kebawah buat beli makanan. Dari jarak jauh udah bisa liat antrian panjang. Dimana lagi kalo bukan warung makan-nya Euin. Ya, begitulah kata anak-anak kosan bilang itu nama punya makanan. –Waduh, kenapa jadi logat Ambon manisse gue ngmongnya-

Kalo gue harus jujur, itu (sambil nunjuk ke arah tempat makan) yang jualnya itu kedua orang tuanya loh. -Yailah- Bukan, bukan, bukan, maksud gue yang ngejualnya itu anak-anaknya.

Kalo gue disuruh jujur lagi, itu, ini, ini (sambil nunjuk ketiga sosok perempuan yang ngejual makanan) kayak lo beli manga di pinggir jalan. Yang bawa-bawa mobil buntung (pick up). Kemudian lo sendiri yang dapat buah yang manisnya. Pembeli yang lainnya dapat yang asemnya dan kemudian marah-marah engga senang sama penjualnya. Apa yang lo rasakan? Pasti bahagiakan? –Gue jadi bingung, kira-kira betul engga perumpaannya ya?-

"Gue mau jujur lagi nih."
"Kenapa bicarain kejujuran disini sih Ru? Jadi, selama ini perkataan lo itu gak jujur semuanya?"
"Oh, tidak. Tapi, memang gue gak bisa bohongin lagi untuk masalah ini."
"Ciellah gaya lo sampe terbang ke langit ternyata."
"Mau dilanjutin gak ini?"
"Maulah, kan gue masih penasaran sama tiga wanita itu."

Oke, tetap tenang dan duduk yang manis. Jadi, anak perempuan pertama itu kalo gue gambarin sepertinya bawaan selalu tenang, dewasa, berkarisma, tutur katanya juga lembut masno. Paling gue hormatin itu adalah jelebabnya yang panjang itu. Kalo gue udah ada yang berpakaian sopan seperti itu gue pasti menjaga pandangan. Gak tau kenapa gue bisa gitu, ya gue sangat, sangat menghormati perempuan-perempuan seperti itu.

Lanjut lagi nih anak gadis kedua. Kalo kata kakak Rianti jadi juri di IMB sih “I Like It” –Udah bener belum tuh bahasa luarnya kayak gitu?-
Kalo gue gambarin itu seperti ini. Ya seperti ini (sambil nunjukin gambaran gue). Iya, iya… gue tau kalian gak bisa liatnya. Maaf ya. Yaudah, gambarannya itu… anaknya simple. Umurnya kalo gue bilang engga jauh-jauh amatlah ama guenya. Bisa jadi dia lebih muda dari gue atau kebaliknya. Haha. Pake jelebab juga, tapi gak seperti kakaknya yang pertama itu. Kalo gue liat lagi kayaknya orangnya cuek dan jutek abiez deh. Bikin gemez. Kalo orang suka dengan kopi pasti taulah gimana rasa kopi yang pas itu.

"Emang penglihatan itu bisa nyambung juga ke kopi juga ya Ru?"
"Makanya coba~ Walaupun gak terlalu suka sama kopi, tapi gue sering liat teman gue ngopi dan merasakan bergembiranya wajahnya ketika rasa kopi itu pas di lidahnya. Seperti itulah hati aku ke kamu." –Muntah bentar-
"Kayaknya itu adengan gak penting deh?"
"Pastinya."
"LANJOOOT~"
"Tunggu, tunggu, tunggu… ini sebenarnya gue mau cerita gue beli makanan buat sahur atau ceritain wanita sih? Dosaaa~"
"Ya engga dosa juga kale Ru. Kan kita gak ngejelek-jelekkin yang empunya warungnya. Kita cerita kenyataan. Bukan gosip."
"Betul, betul… Otak lo mulai berkembang juga ya. Coba kita berpelukan dulu biar otak gue bisa berpikir positif kayak lo. Kemmon~"
"Gue mah ogah dah. Udah, lanjut lagi. Tinggal satu lagi nih."

Yaudah, gue lanjut lagi ceritanya. Anak terakhir itu yang dijadikan nama warung makanan. Namanya Euin (sebenarnya ini hanya karangan anak-anak kosan aja). Tapi beneran panggilannya Euin. Begitulah katanya. Anaknya itu baru lulus SMA. Kalo gue salah, gue minta maaf. Kalo gue benar, berarti gue orangnya perhatian yah. Haha.

"Kok lo bisa tau sampe segitunya lu?"

Yah, gimana ya bilangnya. Semuanya itu terjadi dengan tidak disengaja kok. Yaudahlah gak perlu dibahas juga kali masalah beginian. Anak perempuan yang ketiga ini gak jauh beda dengan kakaknya kedua. Ini seriusan gue bilangnya. Namun bagaimanapun meraka. Mereka adalah orang baik-baik kok. Mereka hanya tidak mengenalin pelanggan mereka itu siapa-siapa saja. Soalnya banyak yang belinya. –Kok bisa jadi gini tulisannya, tolong di-edit ya-

Oiya, beli makanan di waktu sahur dan buka itu beda. Waktu sahur itu lauknya kita ngambil sendiri. Kalo waktu mau berbuka itu kita tinggal nunjuk-nunjuk aja lauknya. Soalnya nafsu makan di waktu sahur dan buka itu perbandingannya sangatlah jauh. Jauh sekali bahkan.

11 Agustus: Buka bersama Lazuardi Birru, JPRMI dan teman baru.
Disini gue dapat banyak teman baru. Baik itu dalam wujud Cowok ataupun Cewek. Wah, kalo gue ceritain kenapa bisa gue kenal banyak teman barunya bisa panjang. Pokoknya kita itu dikumpulkan untuk menjalankan suatu misi.

Awal perjumaan di aula Rabbani lantai 3. Ruangnya itu cukup, cukup, cukup dingin. Disini gue dan teman-teman baru gue mendapatkan ilmu baru. Ilmu yang sangat berguna untuk hidup kita selanjutnya.

"Ilmu apaan Ru?"

Ilmu agama. Ya sebenarnya gak hanya agama aja. Gue sempat di ajarin Public Speaking juga dikit-dikit sama mas Tanpo. Wah, pokoknya serulah. Ga nyesel gue diundang kemari.

"Kok bisa diundang lo Ru?"

Nah, itu dia. Jadi itu ceritanya gue di SMS sama teman gue. Sebut saja namanya Melvin. Dia inilah yang SMS gue panjang kali lebar. Terus pikiran gue mulai berputar. Kayaknya gak ada salahnya bantuin teman gue satu ini. Udah sampai di Rabbani. Di jelasin. Eee… ternyata acaranya buat anak SMA se-Jawa Barat. Mateee. Ternyata yang datang ke Rabbani itu ditugaskan menjadi kakak mentor. Dalam hati gue bilang “Waduh, agama gue aja masih cetek, gimana bisa ngajarin anak-anaknya entar."

Di aula Rabbani ini kita semuanya ngomongin banyak hal untuk acara FRESH and FUN buat tanggal 16-17 Agustus 2011. Mulai dari pendaftarannya sampai mereka pulang ke rumahnya masing-masing kembali.

Awal cerita, pementor terlebih dahulu memperkenalkan diri masing-masing. Mulai  dari Mas Tanpo, gue (Heru), Sanni, Mustofa, dan gue lupa lagi siapa-siapa aja selanjutnya. Pokoknya itu ada 23 orang. Jadi, pementor di wajibkan kenal sama pementor yang lainnya. Baik itu pementor cowok maupun pementor cewek.

Setelah itu kami masuk ke materi. Disini Mas Tanpo menjelaskan susunan acaranya. Tugas pementor itu hanya membimbing anak SMA-nya saja. Sanni, gue dan lupa lagi nama ceweknya yang jadi MC. Tugas gue jadi MC pendukung. Sanni dan Ai jadi MC tetap di acara Fresh and Fun.

Alhamdulillah waktu buka puasa datang. Kamipun buka bersama di aula Rabbani ini. Minum Aqua, makan kue dan minum cendol. Setelah itu kami sholat magrib berjamaah. Sholat selesai. Gue dan Mustofa sebenarnya udah niat mau pulang. Ternyata ada datang makanan lagi. Makan nasi kotak. Dalaman nasi kotak itu ada nasi, telor, sayur, kerupuk, pisang dan sambal. Makan lagi kami bersama-sama sambil ngbrol-ngobrol.

Setelah lima belas menit kemudian barulah pementornya minta izin pulang. Waktu itu jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Tidak sempat terawihan di masjid. Baru gue sampai kosan udah dapat sms. Pementor ngumpul kembali di Pus Dai pada tanggal 15 Agustus 2011. Jam 13.00. ~OKE~

13 Agustus: Buka bersama anak BLACKBOX cabang Bandung.
Sebelum hari itu datang, gue udah smsin anak-anak buat datang buka bareng berjamaah. Awalnya anak-anak yang Jakarta mau ikutan juga, Tapi sayang beberapa hari kemudian ada berita yang tidak asik terdengar. Apa itu? Ternyata mobilnya Ico mau di-pake dengan bossnya. Batal anak Jakarta ikutan buka bareng di Bandung. Ada sih yang datang anak Jakarta, tapi cuma satu orang. Namanya Shaldila. Panggilannya Dilla. Panggilan singkatnya Dill. Kalo kalian engga mau panggil juga engga apa-apa. -Apadeh-

Ternyata gue menjadi orang kedua datang ke TKP. Disana udah ada Terre. Duduk santai disana dia. Kemudian datang lagi Pajil sama Dilla (Pasangan yang sedang menjadi berita Hot News). Berapa menit kemudian datang lagi Rayjan. Terus datang lagi Husen sama Hendrik. Selang berapa menit kemudian datang Lucky. Ada Akbar juga. Ogie juga datang. Yang terakhir datang itu si Hasan dan Rani. Mereka sudah berpacaran. Gaada Hasan. Gaada Rani di tempat ini. Gaada Rani. Hasan jadi bingung. Wah, ternyata Raninya sedang ke kamar mandi. -Apadeh-

14 Agustus: Buka bersama anak basket MARUK BERSODARA.
MARUK BERSODARA adalah nama tim basket kami. Team basket kecil-kecilanlah. Anggotanya aja dua belas orang atau lebih-lebih dikitlah. Ardi menggumpulkan anak-anak buat datang buka bareng di Gampoeng Aceh. Ada Sembilan orang yang datang. Ada Ardi, Gue, Pajil, Irsad, Reza, Tiwa, Hendrik. Maaf, ternyata hanya tujuh orang saja. Untung gue hitung ulang. Kalo engga nanti gue dibilang bohong.

"Setelah kami cepat pulang, gue, Reza, Irsad dan Hendrik nongkrong dulu di warung kopi di pinggir jalan." 
"Kok bisa cepat pulang? Jam berapa kalian selesai buka barengnya?"
"Ya ada masalah dikitlah. Tiwa besok ujian katanya." –Alesan apaan itu-

15 Agustus: Buka puasa sendirian di tengah jalan.
Hari ini The Mentors kumpul kembali di PUS DAI. Untuk Gladiresik. Persiapan untuk besok pagi. Wah, ternyata ada penambahan personil disini. Kira-kira ada dua sampai tiga orang. Gue dan Sanny di tahan dulu. Berlatih vocal untuk ngebukain acara buat besok. Pada saat latihan sih penontonnya kagak ada. Pas udah acaranya, ternyata 450 anak murid yang datang. Ampuuun Dijeee~

16-17 Agustus: Buka bersama anak SMA se-Jawa Barat with Lazuardi Birru dan JPRMI.
Gue engga bisa ngomong panjang lebar untuk acara yang satu ini. Pokoknya kalo lo nonton Mancing Mania, lo harus bilang MANTAP~~~ (sambil pasang dua jempol ke depan kamera).

23 Agustus: Buka bersama anak BLACKBOX cabang Medan.
Malam, 22 Agustus 2011. Gue dijemput pajil ke kosan. Soalnya besoknya gue sama pajil mau terbang ke Medan. Buat apa? Buat pulang kampung dong pastinya.

Malam harinya kami harus bangun jam dua pagi. Jam segini itu puncak-puncaknya mimpi lhoh. Engga percaya? Haha. Maaf, gue tadi mengarang bebas. Gue juga gak tau jam segitu bisa jadi puncaknya kita bermimpi. Haha.

"Kami bangun. Pajil deluan ambil alih kamar mandi. Gue tidur-tidur kecil bentar." 
"Apaan tuh Ru tidur-tidur kecil?"

Yaa tidur bentar. Terus bangun lagi. Kalo belum selesai mandi tidur lagi. Ya intinya itu lima menit sekali tidurnya. Satu menit buat liat ke kamar mandinya. Haha.

Dua manusia sudah selesai mandi. Waktunya telepon Husen minta tolong buat diantar ke bandara. Wah, ternyata Hasan gak bisa ikutan ngantar. Udah aja satu-satu ngantarnya. Pajil deluan diantar ke bandara. Gue nunggu lima belas menit. Sambil disuruh liat-liat lagi ada barang ketinggalan apa gak.

Tiga puluh menit-pun datang. Gue, Pajil dan Husen sekarang udah ada di bandara. Akhirnya kamipun bersalaman lebaran. Padahal lebarannya masih lama. Haha.

Tepat pukul enam pagi. Berangkatlah kami menuju Medan.

Tiga jam kemudian…

Alhamdulillah… Akhirnya gue nyampe Medan juga. Mau ke rumah, kunci rumah gak ada. Terpaksa telepon Raja minta tolong jemput ke mari. Iya ke Bandara.

Lima belas menit kemudian Raja datang. Salaman. Basa basi bentar. Terus langsung Cabut (pergi) dari bandara. Didalam mobil kami ngobrol-ngobrollah. Apa itu? Tanya siapa aja yang udah lulus tahun sekarang. Tanya perkembangan kota Medan. Tanya anak-anaknya sekarang ada banyak perubahan apa gak. Tanya siapa aja yang udah menikah tahun ini. Ternyata belum ada. Haha.

Sampai juga ke rumah sodara Raja. Istirahat bentar. Barulah pada tujuan. Yap, hari ini adalah jadwal buka bareng BLACKBOX Medan. Lima belas menit diskusi panggilah Pak Timun alias Gusti. Seorang polisi. Katanya dia ambil cuti hari ini. Apalagilah manfaatin ajalah terus. Kami cari-cari tempat buka puasa yang nyaman. Akhirnya bingung sendiri di mobil mau mesan tempat dimana.

Ketemu juga tempatnya. Nama tempatnya gue lupa apa namanya. Pokoknya ikan apalah gitu namanya. Langsung aja pesan tempat. Buat dua puluh orang. Selesai juga misinya.

“Mau kemana lagi kita sekarang?” Tanya Raja sambil jalan keluar.
“Kemana ya? Aku juga bingung ja.” Itu suara gue bicara.
“Ketempatnya si Lija yuk Ja. Kata ko tadi kan dia udah buka butik.” Masih tetap itu gue yang bicara sambil kipas-kipas kepanasan.
“Berangkat lah kalo gitu sekarang. Panas kali pun disini.” Pak polisi marah-marah karena kepanasan.

Akhirnya kamipun munuju butik Lija. Gue juga lupa nama butiknya apaan. Maaf ya Tante Liza dan Oom Dhika. Wah, ini tempatnya ternyata mantan rumahnya dulu. Bongkar, bongkar, bongkar. Jadilah butik. Katanya sih lantai duanya mau dijadiin café. Itu masih rencanya. Ya kalo menurut gue sendiri sih. Kalo bisa direalisasikan malah bagus. Jadi, anak BLACKBOX punya tempat nongkrong entar.

Wah, ternyata tempatnya itu adem juga. Barangnya katanya udah banyak abis dijual. Yaiyalah. Jadi pas kami datang tinggal dikit baju-bajunya. Keren juga keliatannya buat usaha beginian. Duduklah kami dibawah. Soalnya gak ada kursi. Ada sih, tapi cuma satu.

Gak lama kemudian pacaranya Lija datang. Namanya Mahardika. Panggilannya Mbeng. Itu panggilan sejak SMP lhoh.

"Kok bisa di panggil itu Ru?"
"Wah, kalo di ceritain bisa panjangn entar. Ganggu aja sih lo? Kemana aja lo daritadi. Baru Tanya-tanya sekarang."
"Ya maap Ndro. Gue kan tadi ada urusan bentar."

Yaudah, gue mau lanjut lagi nih ceritanya. Udah sejam kami bercada dalam butik, pulanglah. Gue harus ke Melenium Plaza ada yang mau dibeli. Adek gue nitip BlackBerry. Raja dan Pajil pulang kerumah. Timun jemput Eky. Buka puasa sore ini gue gak mandi dong. Giman gak, gue baru keluar dari Melenium jam empat lewat lima belas menit sore hari. Itu juga bukan langsung ke TKP, tapi kerumah Gandol atau nama aslinya Heri Suganda. Dia adalah personil Sempak (Semuanya Pasti Keuyen) -Apalah-

Jam lima lewat berapa gitu gue lupa lagi. Akhirnya gue udah di TKP. Tempat anak-anak BLACKBOX buka puasa pastinya. Gue tidak melihat adanya orang di meja makan yang tadi siang di pesan. Ternyata mejanya pindah. Gue, Eky, Fikri, Azmi yang baru datang jam lima sore.

Tepat pukul enam, anak-anak udah pada berdatangan semuanya. Gue baru nyadar buka puasa di Medan itu jam enam lewat banyak. Yaa hamper setengah tujuh juga buka puasanya.

Buka puasa akhirnya datang juga. Minum bareng-bareng. Masalahnya makanan belum datang semuanya. Yaa mau gak mau kami harus bersabar menunggu. Yaa kan gak enak kalo cuma beberapa orang doang udah dapat makanan terus kita main makan sendiri-sendiri aja. Sementara yang lainnya ngeliatin kita makan.

Dikarenakan kebanyak kegiatannya dan gue mulai lupa apa saja yang gue lakuin. Gue buat garis besarnya aja ya.

24 Agustus: Sahur jam dua pagi di Langsa sama Pajil dan Buka puasanya bersama keluarga di PIM. Minus Kakak gue. Sekar Ayu Novitri namanya.

25 Agustus: Buka bersama keluarga Ayah gue di rumah.

26 Agustus: Engga ada acara apa-apa gue hari ini. Buka seperti biasanya aja sama keluarga.

27 Agustus: Buka bersama anak BLACKBOX cabang PIM (ACEH).

28 Agustus: Buka bersama keluarga Pak Yos Sudarso di rumah. Maksud kami lengkap formasinya. Lima orang saja.

29 Agustus: Buka bersama keluarga besar Simbah The Brandans. Ternyata belum ada lebaran. Masih puasa esok harinya. Akhirnya, keluarga gue memutuskan untuk pulang ke Medan dulu. Buat beres-beres rumah disana.

30 Agustus: Buka bersama keluarga besar Simbah The Brandans Lagi. Setelah itu, kita ikutan takbiran naik motor keliling Brandan.

31 Agustus: Alhamdulillah yah. Sesuatu banget lebarannya.

Bandung, 21 September 2011.

Tidak ada komentar: