"Ramadhan tiba… Ramadhan tiba…"
Oke, gue bukan mau karokean
disini. Takut yang baca entar pada kabur semuanya.
“Emang bisa ya dengar
suaranya?”
"Hmm… Bisa gak ya? Yap, sudah
gue putuskan gak bisa dengar pastinya."
“Yaiyalah~”
Gue senang dengan datangnya bulan
Ramadhan tahun ini. Kenapa? Karena bulan Ramadhan tahun ini gue gak hanya
berdiam diri di kosan selama tiga puluh hari, tapi sedikit kurangnya gue bisa
ngelakuin hal-hal yang berbau positif.
“Ceaeellah Ru~ gaya banget
kata-katanya.”
"Baik, langsung aja mulai
ceritanya. Ini cerita gue di bulan Ramadhan."
“Udah tau kale. Buruan CUY~”
31 Juli: Sholat
terawih bersama anak kosan.
Pastinya kita sudah tahu sebulan
atau dua bulan sebelumnya kita puasa tanggal berapa dan lebaran tanggal berapa.
Pasti itu. Pastilah. Puasa kali ini jatuh di tanggal 1 Agustus 2011. Satu hari
sebelum puasa pastinya kita melaksanakan sholat terawih di masjid. Biasanya
hari pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh masjid-mesjid
masih pada penuh.
Hari
berikutnya udah menghilang setengahnya dan semakin berkurang jamaahnya. Gue
juga bingung kenapa bisa seperti itu? Tapi memang kenyataan seperti itu.
Soalnya gue udah mengalaminnya bertahun-tahun.
Malam
ini gue dan teman kosan gue mau terawihan bareng di masjid LIPI tidak jauh dari
kosan. Sebenarnya masjid terdekat dengan kosan ada sih, pasti rame. Soalnya ini
hari pertama masno. Mesjid paling
dekat kosan itu berukuran kecil. Menurut gue pribadi masjid tersebut tidak bisa
menampung lebih dari dua ratus jamaah. Yasuda, akhirnya kita berangkat ke
masjid LIPI.
Gue
udah pernah sih masuk ke dalam ini masjid. Kapan? Waktu awal semester
dimulai. Soalnya siapa tidak datang, tidak diperbolehkan mengikuti mata kuliah
agama. Yasudah, gak usah bahas masalah kuliah sekarang. Pokoknya ya gitulah
awal masuk ke masjid ini. Gue lupa nama mesjidnya apaan. Maaf ya.
Masuklah
gue untuk kedua kalinya. Ternyata masjid ini tidak ada perubahannya. Masih
seperti dahulu. Besarnya, lantainya, ruang wudhu-nya dan masih banyak lainnya
yang sama.
Sesudah
sholat isya, sepuluh menit kemudian ada sedikit pengumuman. Kalo gak salah ada
delapan isi pengumannya. Dan gue bakalan lupa kalo gue tulis semuanya disini.
Gue tulis yang masih ingat aja di kepala.
Salah
satunya adalah “Kita boleh datang ke masjid ini dengan pakaian paling bagus
yang kita punya, tapi jangan datang dengan menggunakan sandal bagus juga.
Soalnya pencurian sandal itu sudah tidak bisa kita hindarkan lagi.” Lebih dan
kurang seperti itulah kata-katanya. Dan seluruh jamaah-pun tertawa. Jam gue
sudah menjukkan pukul setengah sembilan. Sholat terawih-pun selesai.
1 Agustus:
Bareng-bareng beli makanan buat sahur di warung nasi Euin.
Alaram
hape udah bunyi-bunyi mengeluarkan suara yang makin lama makin besar. Lihat
jam, wah udah jam setengah tiga. Langsung ke kamar mandi buat cuci muka dan
lain sebagainya. –Apadeh-
Kemudian
gue bangunin anak-anak kosan yang masih pada tidur. Ada sebagaian yang sudah
bangun. Ada yang susah banget buat dibangunin. Ada yang masih main game. Ada yang daritadi malam gue liat
ampe sekarang masih nonton. Ada yang colong start
buat beli sahurnya. Eee~ gue liat ke kamarnya udah makan sikawan. Cukup
menikmati.
Jam
tiga kurang lima belas menit akhirnya kami turun kebawah buat beli makanan.
Dari jarak jauh udah bisa liat antrian panjang. Dimana lagi kalo bukan warung
makan-nya Euin. Ya, begitulah kata anak-anak kosan bilang itu nama punya
makanan. –Waduh, kenapa jadi logat Ambon manisse gue ngmongnya-
Kalo
gue harus jujur, itu (sambil nunjuk ke arah tempat makan) yang jualnya itu
kedua orang tuanya loh. -Yailah- Bukan, bukan, bukan, maksud gue yang
ngejualnya itu anak-anaknya.
Kalo
gue disuruh jujur lagi, itu, ini, ini (sambil nunjuk ketiga sosok perempuan
yang ngejual makanan) kayak lo beli manga di pinggir jalan. Yang bawa-bawa
mobil buntung (pick up). Kemudian lo
sendiri yang dapat buah yang manisnya. Pembeli yang lainnya dapat yang asemnya
dan kemudian marah-marah engga senang sama penjualnya. Apa yang lo rasakan?
Pasti bahagiakan? –Gue jadi bingung, kira-kira betul engga perumpaannya ya?-
"Gue
mau jujur lagi nih."
"Kenapa
bicarain kejujuran disini sih Ru? Jadi, selama ini perkataan lo itu gak jujur
semuanya?"
"Oh,
tidak. Tapi, memang gue gak bisa bohongin lagi untuk masalah ini."
"Ciellah
gaya lo sampe terbang ke langit ternyata."
"Mau
dilanjutin gak ini?"
"Maulah,
kan gue masih penasaran sama tiga wanita itu."
Oke,
tetap tenang dan duduk yang manis. Jadi, anak perempuan pertama itu kalo gue
gambarin sepertinya bawaan selalu tenang, dewasa, berkarisma, tutur katanya
juga lembut masno. Paling gue hormatin itu adalah jelebabnya yang
panjang itu. Kalo gue udah ada yang berpakaian sopan seperti itu gue pasti
menjaga pandangan. Gak tau kenapa gue bisa gitu, ya gue sangat, sangat
menghormati perempuan-perempuan seperti itu.
Lanjut
lagi nih anak gadis kedua. Kalo kata kakak Rianti jadi juri di IMB sih “I Like It” –Udah bener belum tuh bahasa
luarnya kayak gitu?-
Kalo
gue gambarin itu seperti ini. Ya seperti ini (sambil nunjukin gambaran gue).
Iya, iya… gue tau kalian gak bisa liatnya. Maaf ya. Yaudah, gambarannya itu…
anaknya simple. Umurnya kalo gue
bilang engga jauh-jauh amatlah ama guenya. Bisa jadi dia lebih muda dari gue
atau kebaliknya. Haha. Pake jelebab juga, tapi gak seperti kakaknya yang
pertama itu. Kalo gue liat lagi kayaknya orangnya cuek dan jutek abiez deh.
Bikin gemez. Kalo orang suka dengan kopi pasti taulah gimana rasa kopi yang
pas itu.
"Emang
penglihatan itu bisa nyambung juga ke kopi juga ya Ru?"
"Makanya
coba~ Walaupun gak terlalu suka sama kopi, tapi gue sering liat teman gue ngopi
dan merasakan bergembiranya wajahnya ketika rasa kopi itu pas di lidahnya.
Seperti itulah hati aku ke kamu." –Muntah bentar-
"Kayaknya
itu adengan gak penting deh?"
"Pastinya."
"LANJOOOT~"
"Tunggu,
tunggu, tunggu… ini sebenarnya gue mau cerita gue beli makanan buat sahur atau
ceritain wanita sih? Dosaaa~"
"Ya
engga dosa juga kale Ru. Kan kita gak ngejelek-jelekkin yang empunya warungnya.
Kita cerita kenyataan. Bukan gosip."
"Betul,
betul… Otak lo mulai berkembang juga ya. Coba kita berpelukan dulu biar otak
gue bisa berpikir positif kayak lo. Kemmon~"
"Gue
mah ogah dah. Udah, lanjut lagi. Tinggal satu lagi nih."
Yaudah,
gue lanjut lagi ceritanya. Anak terakhir itu yang dijadikan nama warung
makanan. Namanya Euin (sebenarnya ini hanya karangan anak-anak kosan aja). Tapi
beneran panggilannya Euin. Begitulah katanya. Anaknya itu baru lulus SMA. Kalo
gue salah, gue minta maaf. Kalo gue benar, berarti gue orangnya perhatian yah.
Haha.
"Kok
lo bisa tau sampe segitunya lu?"
Yah,
gimana ya bilangnya. Semuanya itu terjadi dengan tidak disengaja kok. Yaudahlah
gak perlu dibahas juga kali masalah beginian. Anak perempuan yang ketiga ini
gak jauh beda dengan kakaknya kedua. Ini seriusan gue bilangnya. Namun
bagaimanapun meraka. Mereka adalah orang baik-baik kok. Mereka hanya tidak
mengenalin pelanggan mereka itu siapa-siapa saja. Soalnya banyak yang belinya.
–Kok bisa jadi gini tulisannya, tolong di-edit ya-
Oiya,
beli makanan di waktu sahur dan buka itu beda. Waktu sahur itu lauknya kita
ngambil sendiri. Kalo waktu mau berbuka itu kita tinggal nunjuk-nunjuk aja lauknya.
Soalnya nafsu makan di waktu sahur dan buka itu perbandingannya sangatlah jauh.
Jauh sekali bahkan.
11 Agustus: Buka
bersama Lazuardi Birru, JPRMI dan teman baru.
Disini
gue dapat banyak teman baru. Baik itu dalam wujud Cowok ataupun Cewek. Wah,
kalo gue ceritain kenapa bisa gue kenal banyak teman barunya bisa panjang.
Pokoknya kita itu dikumpulkan untuk menjalankan suatu misi.
Awal
perjumaan di aula Rabbani lantai 3. Ruangnya itu cukup, cukup, cukup dingin.
Disini gue dan teman-teman baru gue mendapatkan ilmu baru. Ilmu yang sangat
berguna untuk hidup kita selanjutnya.
"Ilmu
apaan Ru?"
Ilmu
agama. Ya sebenarnya gak hanya agama aja. Gue sempat di ajarin Public Speaking juga dikit-dikit sama
mas Tanpo. Wah, pokoknya serulah. Ga nyesel gue diundang kemari.
"Kok
bisa diundang lo Ru?"
Nah,
itu dia. Jadi itu ceritanya gue di SMS sama teman gue. Sebut saja namanya
Melvin. Dia inilah yang SMS gue panjang kali lebar. Terus pikiran gue mulai
berputar. Kayaknya gak ada salahnya bantuin teman gue satu ini. Udah sampai di
Rabbani. Di jelasin. Eee… ternyata acaranya buat anak SMA se-Jawa Barat. Mateee.
Ternyata yang datang ke Rabbani itu ditugaskan menjadi kakak mentor. Dalam hati
gue bilang “Waduh, agama gue aja masih cetek, gimana bisa ngajarin anak-anaknya
entar."
Di
aula Rabbani ini kita semuanya ngomongin banyak hal untuk acara FRESH and FUN
buat tanggal 16-17 Agustus 2011. Mulai dari pendaftarannya sampai mereka pulang
ke rumahnya masing-masing kembali.
Awal
cerita, pementor terlebih dahulu memperkenalkan diri masing-masing. Mulai
dari Mas Tanpo, gue (Heru), Sanni, Mustofa, dan gue lupa lagi siapa-siapa aja
selanjutnya. Pokoknya itu ada 23 orang. Jadi, pementor di wajibkan kenal sama
pementor yang lainnya. Baik itu pementor cowok maupun pementor cewek.
Setelah
itu kami masuk ke materi. Disini Mas Tanpo menjelaskan susunan acaranya. Tugas
pementor itu hanya membimbing anak SMA-nya saja. Sanni, gue dan lupa lagi nama
ceweknya yang jadi MC. Tugas gue jadi MC pendukung. Sanni dan Ai jadi MC tetap
di acara Fresh and Fun.
Alhamdulillah
waktu buka puasa datang. Kamipun buka bersama di aula Rabbani ini. Minum Aqua,
makan kue dan minum cendol. Setelah itu kami sholat magrib berjamaah. Sholat
selesai. Gue dan Mustofa sebenarnya udah niat mau pulang. Ternyata ada datang
makanan lagi. Makan nasi kotak. Dalaman nasi kotak itu ada nasi, telor, sayur,
kerupuk, pisang dan sambal. Makan lagi kami bersama-sama sambil ngbrol-ngobrol.
Setelah
lima belas menit kemudian barulah pementornya minta izin pulang. Waktu itu jam
sudah menunjukan pukul delapan malam. Tidak sempat terawihan di masjid. Baru
gue sampai kosan udah dapat sms. Pementor ngumpul kembali di Pus Dai pada
tanggal 15 Agustus 2011. Jam 13.00. ~OKE~
13 Agustus: Buka
bersama anak BLACKBOX cabang Bandung.
Sebelum
hari itu datang, gue udah smsin anak-anak buat datang buka bareng berjamaah.
Awalnya anak-anak yang Jakarta mau ikutan juga, Tapi sayang beberapa hari
kemudian ada berita yang tidak asik terdengar. Apa itu? Ternyata mobilnya Ico
mau di-pake dengan bossnya. Batal anak Jakarta ikutan buka bareng di
Bandung. Ada sih yang datang anak Jakarta, tapi cuma satu orang. Namanya
Shaldila. Panggilannya Dilla. Panggilan singkatnya Dill. Kalo kalian engga mau
panggil juga engga apa-apa. -Apadeh-
Ternyata
gue menjadi orang kedua datang ke TKP. Disana udah ada Terre. Duduk santai
disana dia. Kemudian datang lagi Pajil sama Dilla (Pasangan yang sedang menjadi
berita Hot News). Berapa menit
kemudian datang lagi Rayjan. Terus datang lagi Husen sama Hendrik. Selang
berapa menit kemudian datang Lucky. Ada Akbar juga. Ogie juga datang. Yang
terakhir datang itu si Hasan dan Rani. Mereka sudah berpacaran. Gaada Hasan.
Gaada Rani di tempat ini. Gaada Rani. Hasan jadi bingung. Wah, ternyata Raninya
sedang ke kamar mandi. -Apadeh-
14 Agustus: Buka
bersama anak basket MARUK BERSODARA.
MARUK
BERSODARA adalah nama tim basket kami. Team basket kecil-kecilanlah. Anggotanya
aja dua belas orang atau lebih-lebih dikitlah. Ardi menggumpulkan anak-anak
buat datang buka bareng di Gampoeng Aceh. Ada Sembilan orang yang datang. Ada
Ardi, Gue, Pajil, Irsad, Reza, Tiwa, Hendrik. Maaf, ternyata hanya tujuh orang
saja. Untung gue hitung ulang. Kalo engga nanti gue dibilang bohong.
"Setelah
kami cepat pulang, gue, Reza, Irsad dan Hendrik nongkrong dulu di warung kopi
di pinggir jalan."
"Kok
bisa cepat pulang? Jam berapa kalian selesai buka barengnya?"
"Ya
ada masalah dikitlah. Tiwa besok ujian katanya." –Alesan apaan itu-
15 Agustus: Buka puasa
sendirian di tengah jalan.
Hari
ini The Mentors kumpul kembali di PUS DAI. Untuk Gladiresik. Persiapan untuk
besok pagi. Wah, ternyata ada penambahan personil disini. Kira-kira ada dua
sampai tiga orang. Gue dan Sanny di tahan dulu. Berlatih vocal untuk ngebukain acara buat besok. Pada saat latihan sih
penontonnya kagak ada. Pas udah acaranya, ternyata 450 anak murid yang datang.
Ampuuun Dijeee~
16-17 Agustus: Buka
bersama anak SMA se-Jawa Barat with Lazuardi Birru dan JPRMI.
Gue
engga bisa ngomong panjang lebar untuk acara yang satu ini. Pokoknya kalo lo
nonton Mancing Mania, lo harus bilang MANTAP~~~ (sambil pasang dua jempol ke
depan kamera).
23 Agustus: Buka
bersama anak BLACKBOX cabang Medan.
Malam,
22 Agustus 2011. Gue dijemput pajil ke kosan. Soalnya besoknya gue sama pajil
mau terbang ke Medan. Buat apa? Buat pulang kampung dong pastinya.
Malam
harinya kami harus bangun jam dua pagi. Jam segini itu puncak-puncaknya mimpi
lhoh. Engga percaya? Haha. Maaf, gue tadi mengarang bebas. Gue juga gak tau jam
segitu bisa jadi puncaknya kita bermimpi. Haha.
"Kami
bangun. Pajil deluan ambil alih kamar mandi. Gue tidur-tidur kecil
bentar."
"Apaan
tuh Ru tidur-tidur kecil?"
Yaa
tidur bentar. Terus bangun lagi. Kalo belum selesai mandi tidur lagi. Ya
intinya itu lima menit sekali tidurnya. Satu menit buat liat ke kamar mandinya.
Haha.
Dua
manusia sudah selesai mandi. Waktunya telepon Husen minta tolong buat diantar
ke bandara. Wah, ternyata Hasan gak bisa ikutan ngantar. Udah aja satu-satu
ngantarnya. Pajil deluan diantar ke bandara. Gue nunggu lima belas menit.
Sambil disuruh liat-liat lagi ada barang ketinggalan apa gak.
Tiga
puluh menit-pun datang. Gue, Pajil dan Husen sekarang udah ada di bandara. Akhirnya
kamipun bersalaman lebaran. Padahal lebarannya masih lama. Haha.
Tepat
pukul enam pagi. Berangkatlah kami menuju Medan.
Tiga
jam kemudian…
Alhamdulillah…
Akhirnya gue nyampe Medan juga. Mau ke rumah, kunci rumah gak ada. Terpaksa
telepon Raja minta tolong jemput ke mari. Iya ke Bandara.
Lima
belas menit kemudian Raja datang. Salaman. Basa basi bentar. Terus langsung
Cabut (pergi) dari bandara. Didalam mobil kami ngobrol-ngobrollah. Apa itu?
Tanya siapa aja yang udah lulus tahun sekarang. Tanya perkembangan kota Medan.
Tanya anak-anaknya sekarang ada banyak perubahan apa gak. Tanya siapa aja yang
udah menikah tahun ini. Ternyata belum ada. Haha.
Sampai
juga ke rumah sodara Raja. Istirahat bentar. Barulah pada tujuan. Yap, hari ini
adalah jadwal buka bareng BLACKBOX Medan. Lima belas menit diskusi panggilah
Pak Timun alias Gusti. Seorang polisi. Katanya dia ambil cuti hari ini.
Apalagilah manfaatin ajalah terus. Kami cari-cari tempat buka puasa yang
nyaman. Akhirnya bingung sendiri di mobil mau mesan tempat dimana.
Ketemu
juga tempatnya. Nama tempatnya gue lupa apa namanya. Pokoknya ikan apalah gitu
namanya. Langsung aja pesan tempat. Buat dua puluh orang. Selesai juga misinya.
“Mau
kemana lagi kita sekarang?” Tanya Raja sambil jalan keluar.
“Kemana
ya? Aku juga bingung ja.” Itu suara gue bicara.
“Ketempatnya
si Lija yuk Ja. Kata ko tadi kan dia udah buka butik.” Masih tetap itu gue yang
bicara sambil kipas-kipas kepanasan.
“Berangkat
lah kalo gitu sekarang. Panas kali pun disini.” Pak polisi marah-marah karena
kepanasan.
Akhirnya
kamipun munuju butik Lija. Gue juga lupa nama butiknya apaan. Maaf ya Tante
Liza dan Oom Dhika. Wah, ini tempatnya ternyata mantan rumahnya dulu. Bongkar,
bongkar, bongkar. Jadilah butik. Katanya sih lantai duanya mau dijadiin café.
Itu masih rencanya. Ya kalo menurut gue sendiri sih. Kalo bisa direalisasikan
malah bagus. Jadi, anak BLACKBOX punya tempat nongkrong entar.
Wah,
ternyata tempatnya itu adem juga. Barangnya katanya udah banyak abis dijual. Yaiyalah.
Jadi pas kami datang tinggal dikit baju-bajunya. Keren juga keliatannya buat
usaha beginian. Duduklah kami dibawah. Soalnya gak ada kursi. Ada sih, tapi
cuma satu.
Gak
lama kemudian pacaranya Lija datang. Namanya Mahardika. Panggilannya Mbeng. Itu
panggilan sejak SMP lhoh.
"Kok
bisa di panggil itu Ru?"
"Wah,
kalo di ceritain bisa panjangn entar. Ganggu aja sih lo? Kemana aja lo
daritadi. Baru Tanya-tanya sekarang."
"Ya
maap Ndro. Gue kan tadi ada urusan bentar."
Yaudah,
gue mau lanjut lagi nih ceritanya. Udah sejam kami bercada dalam butik,
pulanglah. Gue harus ke Melenium Plaza ada yang mau dibeli. Adek gue nitip
BlackBerry. Raja dan Pajil pulang kerumah. Timun jemput Eky. Buka puasa sore
ini gue gak mandi dong. Giman gak, gue baru keluar dari Melenium jam empat
lewat lima belas menit sore hari. Itu juga bukan langsung ke TKP, tapi kerumah
Gandol atau nama aslinya Heri Suganda. Dia adalah personil Sempak (Semuanya
Pasti Keuyen) -Apalah-
Jam
lima lewat berapa gitu gue lupa lagi. Akhirnya gue udah di TKP. Tempat
anak-anak BLACKBOX buka puasa pastinya. Gue tidak melihat adanya orang di meja
makan yang tadi siang di pesan. Ternyata mejanya pindah. Gue, Eky, Fikri, Azmi
yang baru datang jam lima sore.
Tepat
pukul enam, anak-anak udah pada berdatangan semuanya. Gue baru nyadar buka
puasa di Medan itu jam enam lewat banyak. Yaa hamper setengah tujuh juga
buka puasanya.
Buka
puasa akhirnya datang juga. Minum bareng-bareng. Masalahnya makanan belum datang
semuanya. Yaa mau gak mau kami harus bersabar menunggu. Yaa kan gak enak kalo
cuma beberapa orang doang udah dapat makanan terus kita main makan
sendiri-sendiri aja. Sementara yang lainnya ngeliatin kita makan.
Dikarenakan
kebanyak kegiatannya dan gue mulai lupa apa saja yang gue lakuin. Gue buat
garis besarnya aja ya.
24 Agustus: Sahur jam
dua pagi di Langsa sama Pajil dan Buka puasanya bersama keluarga di PIM. Minus
Kakak gue. Sekar Ayu Novitri namanya.
25 Agustus: Buka
bersama keluarga Ayah gue di rumah.
26 Agustus: Engga ada
acara apa-apa gue hari ini. Buka seperti biasanya aja sama keluarga.
27 Agustus: Buka
bersama anak BLACKBOX cabang PIM (ACEH).
28 Agustus: Buka
bersama keluarga Pak Yos Sudarso di rumah. Maksud kami lengkap formasinya. Lima
orang saja.
29 Agustus: Buka
bersama keluarga besar Simbah The Brandans. Ternyata belum ada lebaran. Masih
puasa esok harinya. Akhirnya, keluarga gue memutuskan untuk pulang ke Medan
dulu. Buat beres-beres rumah disana.
30 Agustus: Buka
bersama keluarga besar Simbah The Brandans Lagi. Setelah itu, kita ikutan
takbiran naik motor keliling Brandan.
31 Agustus:
Alhamdulillah yah. Sesuatu banget lebarannya.
Bandung,
21 September 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar