Jumat, 19 Juli 2013

Terima Kasih Untuk Kebersamaannya


“Buka bareng yuk Jil.” Itu kata gue di BBM. 
“Hayuk.” Jawab Pajil.
“Yaudah aku kabarin yang lainnya dulu.” Masih ngobrol menggunakan BBM. 

Rabu, 17 Juli 2013 adalah hari paling gue tunggu-tunggu. Soalnya untuk pertama kali anak BlackBoxBDG buka bersama di kosan.

“Kenapa di kosan Roe?” Nabil tiba-tiba nanya. 
“Lo itu bisa muncul kapan aja ya.” Ini gue yang ngomong.
“Yaiyalah. Kan kita pren.” Nabil semena-semena omongannya. 
“Banyak alasannya kenapa kita buat acaranya di kosan. Yaudah. Lo  tenang aja dulu disana. Gue mau nulis dulu. Ntar lo tinggal baca aja deh."

Tiba-tiba gue sakit perut mau nulis ini cerita. Gue akhirnya memutuskan untuk berak dulu. 


Berakpun selesai. BlackBoxBDG ini terkenal dengan memiliki waktu luang yang bisa dibilang sangat luang sekali. Seluang lapangan sepak bola. 

Baru dengar cerita gue Nabil udah ngoceh deluan “Itu Luaas.” 

Sehingga hari apapun bisa buat acara. Haha. Soalnya kebanyakan yang masih menetap disini adalah mahasiswa super saiya tiga seniornya. Lebih dikit ya. Disini gue cuma pengen nulis singkat aja. Enggak mau panjang-panjang. Soalnya acaranya terlalu seru untuk diceritakan. Bukan juga sih, karena ingatan gue yang sedikit mulai melemah. 

Buka bersama ini sudah direncanakan sejak hari selasa. Hari selasa gue mulai bersihin kamar. Bersihin kamar doang sih. Ya enggak usah bersih bangetlah, ntar juga kotor lagi. Rabunya gue mulailah memindahkan barang-barang yang menurut gue besar dan memakan banyak tempat. Mungkin menurut kalian juga sama seperti gue.

Ada dua target barang yang ingin gue pindahin. Pertama adalah kasur dan seperangkat alat tidurnya. Kedua adalah meja belajar dan temannya yang bernama kursi. Untungnya gue mempunyai tetangga kosan yang baik. Baik-baik sih anak kosan gue. Dengan meminta bantuan dari tetangga kosan bernama Ari. Akhirnya kasur terpindahkan dengan selamat. 

Barulah memasang ambal yang sudah gue jemur lima sampai enam jam diluar. Wah, masih kurang ini alasnya. Bedcover jadul-pun menjadi alas. Tambah sarung nganggur disana. Akhirnya semua yang masuk ke dalam kamar gue bisa duduk dengan … tidak nyaman.

“Lhoh kenapa enggak nyaman?” 

Nyaman sih sebenarnya. Cuman itu bedcover sama sarung kalau pantat mereka goyang-goyang itu alasnya juga ikut bergerak tidak beraturan. Alas duduk sudah dipersiapkan. Tepat pukul sebelas gue berangkat keluar dari pintu kosan. Gue pergi menuju pasar baru. Awalnya sih beli titipannya bang Jilo. Eh, gue terhipnotis sama mamak-mamak yang jualannya. Jadi beli banyak macem snack.

Yasudahlah, tidak apa. Toh, setahun sekali juga. Lima macam snack-pun terbeli. Akhirnya gue membawanya dengan menggunakan kresek gede. Yah, mana dapat angkot yang rame penumpangnya. Itu juga gue dapat tempat duduk di pintu masuk penumpang. Mana sopirnya mau nyari dua penumpang lagi baru jalan. 

Eh, beneran dua penumpang masuk dong kedalam angkot. Awalnya sih mereka enggak mau. Karena termakan rayuan sopirnya masuklah mereka kedalam tempat sempit tersebut. Ya mana lagi kalo bukan “TUJUH LIMAA~” Bahkan bisa dibilang ini lebih dari tujuh lima isinya.

"Aduh, gue mulai ngantuk nulis ini. Gue tidur dulu ya."


Kemudian tulisan ini berlanjut ke tanggal 29 Agustus 2013. 

"Hai, sudah tidak berpuasa kan sekarang. Gue juga sudah berada di Bandung lagi. Ha ha."
“Kok lo malah ketawa Roe. Seharusnya lo bersyukur.” 
“Oiya Bil. Bener juga lo. Alhamdulillah.”

Sebenarnya gue sudah mulai lupa dengan apa yang terjadi di acara buka bareng tersebut. Tenang. Gue akan berusaha mengingat kembali. 

Pukul empat sore sudah terbentuk. Orang yang datang ke kosan gue deluan adalah Husen dan Evans. Selanjutnya Pajil. Menyusul Ipunk. Datang lagi Eki, Astrid dan Mia. Semua makanan sudah tersedia di hadapan mereka. Gue yang bertugas sebagai tuan kosan segera menuju ketempat pemesanan minuman. Kita akan minum sarang burung men. 

Ternyata Astrid tidak bisa terlalu lama di dalam kosan. Dia bisa kepanasan berada didalam sana dan memutuskan untuk balik ke rumah Oomnya. 

“Lah, kosan lo kok bisa panas?"

Bukan, bukan. Gue hanya mengarang saja itu. Astrid pulang karena ia harus ikutan buka bareng bersama keluarganya yang berada dimana gue juga udah lupa. Pokoknya jauhlah tempatnya. 

Berkurang satu orang tidak mengurangi suara keramaian kamar ini. Justru malah memperluas posisi duduk kami yang berada didalamnya. Haha. Armanda akhirnya datang. Dia datang berbarengan sama Eki yang bertugas menjemputnya di Mcdi. Makanan ringan yang tersaji di depan mereka menjadi berat. Kenapa? Ya karena itu banyak sekali memang. Cemilan, kue-kue dan gorengan yang begitu banyak sekali jumlahnya pada saat itu.

Sampai-sampai mereka tidak mau membeli makanan berat. Berapa jam kemudian Akbar datang. Ia datang ke kosan hanya untuk bersalaman kemudian numpang ngobrol dan merokok. Dia tidak mau makan dan minum. Gue jadi curiga. Jangan-jangan ia berpuasa di malam hari. 

Tidak mungkin. Karena dia melakukan gerakan merokok disertakan dengan bendanya yang bernama rokok. Uwh, gue tidak menyukai asap rokok. Asapnya membuat gue jadi susah untuk melakukan pernapasan.

Pukul delapan malam lewat berapa ini gue juga enggak tau. Ipunk harus pulang ke Lembang. 

“Tunggu. Jangan pulang dulu Punk foto-foto dulu kita.” Ini perintah kecil-kecil gue kepada teman yang lainnya juga.

Akhirnya sesi pemotretan dimulai. Sesi ini berlangsung lama. Tidak. Cuma setengah jam paling lama. Setelah Ipunk pulang. Tidak berapa lama kemudian Armanda juga ikutan pulang. Karena dia ada tugas untuk menyelesaikan tugas akhirnya yang sebentar lagi akan menjalankan harinya dengan kata “Wisudaa men.” 

Oh, tidak. Gue tidak harus kaget mendengar kata-kata tersebut. Gue sudah sering mendengarnya. Bahkan kata tersebut mulai sering terdengar sejak tiga tahun yang lalu. Ya bagaimanapun juga gue ingin menyandang kata wisuda tersebut.

Setelah ngobrol lama. Mereka sedikit meronta-ronta untuk meminta makan. Gue dan pajil akhirnya keluar untuk mebeli makanan mereka. Tidak jauh sih jaranknya. Paling dua puluh langkah lebih atau kurang sudah sampai. Mereka sudah memesan makanan sesuai dengan keinginan mereka. Ya sebenarnya sih enggak banyak menunya. Cuma ada ayam goreng dan ayam bakar. 


Tidak lama kemudian gue dan Pajil sampai ke kosan kembali. Makan berat ternyata terlaksana. Mereka makan dengan begitu tenang. Hanya gue dan Akbar yang tidak makan pada saat itu. Yah, ternyata si Akbar udah mau balik aja. Enggak ada makan dan minum juga dikit. Gue suruh bawa makanan dianya enggak mau. 

Sambil menunggu mereka makan. Tugas gue disana adalah mendengarkan mereka bercerita. Banyak tema yang dapat diceritakan. Mulai dari kejadian kita di masa kecil. Politik Aceh dan Indonesia juga mereka bahas. Dan yang terakhir ini yang paling gue demen ceritanya. Cerita tentang pengalaman seorang dokter yang bernama Evans. Keren banget ceritanya. Bisa membuat cowok-cowok berburu untuk menjadi dokter. Haha.

Pukul sepuluh malam lewat lima belas atau dua puluh ya pada saat itu. Pastinya pukul sepulahnya tidak salah. Mereka pulang. Karena besok ada yang kerja. Cuma Mia doang sih yang kerja di dalam kosan ini. Yang lainnya masih akan dan terus menyusul untuk berkerja. Mereka pulang dengan rapi. Tidak ada aksi saling dorong atau bertengkar untuk dapat keluar dari pagar kosan gue. 

Mereka pulang. Pulang ketempatnya masing-masing. Ada rasa ingin terus bersama teman-teman lebih lama lagi. Bosannya itu tidak akan pernah mucul ketika kita bersama teman-teman yang kita cintai. Mereka selalu saja ada bahan untuk dibahas. Baik itu untuk mencela satu teman ke teman yang lainnya.

Mereka mencela bukan untuk bermaksud melakukan ejekan batin teman lainnya. Ini hanya hiburan semata. Dan yang gue senangnya teman yang terejek tidak mengalami tekanan batin. Haha. Kenapa? Karena kita sudah mengenalnya sejak kita masih di bangku Tunas Karapan. 

“Apaan tuh Roe Tunas Karapan?” Nabil langsung nanya dengan sigap.
“Bukannya itu kepanjangan dari TK Bil?” 
“Oncom bener nih anak. Bukaaaan."
“Jadi apaan?” Gue masih pura-pura bingung. 
“TK itu kepanjangan dari Taman Kenanak.”
“HAHAHA…” 
“Haha..” Nabil tiba-tiba ikutan ketawa maksa.
“Lah, kenapa lo jadi ketawa?” Ini Nabil masih bingung kenapa gue ketawa. 
“Taman Kana-kanak yang benernya.” Gue mencoba membenarkan.
“Kan TK, bukan TKK.” 
“Ah, udahlah jangan lagi dibahas Bil gue pusing liat muka lo."
“Kenapa lo pusing liat muka gue. Seharusnya lo pusing dengan kata ‘TK’ bukan dengan muka gue.” 
“Oke-oke. Gue mau lanjut lagi ceritanya. Dikit lagi nih cerita.”
“Ya.” Masih kesel dengan muka sendiri.
 
Ini adalah ucapan terima kasih.

Terima kasih buat Evans yang sudah jauh-jauh datang ke kosan. Untung saja dia dijemput Husen. Terima kasih juga buat sedikit ilmu kedokteran yang telah engkau berikan dan sedikit ilmu tentang politik di daerah Aceh. 

Terima kasih kepada Husen. Disini dia sebagai pendengar yang baik. Ya walaupun mendengarkannya sambil makan tentunya. Jiwa untuk menolong orang Husen masih nomer satu di versi gue.

Terima kasih kepada Pajil dan Eki. Mereka adalah duet maut dalam hal perdebatan yang bakalan lama berhenti mengadu argumen. Kalo menurut gue mereka berdua ini adalaha ‘main pria’. Uwek tidak enak bener kedengarannya. Kata ini tidak sepenuhnya benar untuk Pajil. Walaupun demikian mereka berdua adalah teman yang baik dan bisa diandalkan. 

Terima kasih kepada Mia. Terima kasih buat Mia apa ya? Yaudah, ini aja ucapannya. Terima kasih Mia sudah menjadi pemanis kosan di malam hari. Kalau enggak ada Mia mungkin kosan ini hanya terisi cowok-cowok STM yang haus akan melihat seorang cewek.

Terima kasih Akbar sudah mau menyempatkan diri untuk datang ke kosan gue walau hanya sebentar. Sukses terus buat Akbar dan tetap terus berada di jalan yang bener. Ya, walaupun dia sedang di jalan yang benar. 

Terima kasih kepada Armanda untuk menyempatkan datang walau memiliki waktu yang cukup padat. Sepertinya waktunya bakalan lebih padat lagi ketika ia lulus kuliah dan akan mencoba peruntungannya di Jakarta. Dimana lagi kalau bukan untuk mencari pekerjaan yang dia impikan.

Terima kasih kepada Hanifah yang telah berjasa menjadi guru SMK. Walau jarak ke sekolahnya harus selalu melewati tangkuban perahu. Menurut gue itu suatu pekerjaan menyenangkan bisa dan bakal selalu melewatinya. 

Gue akan selalu menghormati guru sebagai pahlawan tanda jasa. Yang membuat gue bisa menulis dan kemudian bisa mengetik ke komputer untuk bisa menulis/ngetik tulisan sebanyak ini. Jangan lupa kirim-kirim foto anak SMK kalau ada yang cantik. Jangan kasih Ekik deluan. Ntar gue bisa kalah saing.

“Jiah, itu berarti lo bersaing tidak secara sehat dong.” 
“Bersaing secara sehat juga boleh kok Bil.”
“Gitu dong. This is my Bro.” Nabil sok gaya ngomong pake bahasa Inggris. 
“Eh, ngomong-ngomong kenapa lo udah bisa memutuskan kalo lo kalah saing denga Ekik?”
“Hahaha…” Ketawa aja dulu alasannya belakangan. 


Terakhir ucapan terima kasih kepada Astrid. Terima kasih sudah bersedia membuang sedikit bensin motornya untuk mampir ke kosan gue. Haha. Abisan gue bingung. Soalnya dia sebentar banget datang kekosan. Sukses terus buat karir yang sedang ditempuh. 

“Dan ceritapun selesai.”
“Ucapan terima kasih buat guenya mana Roe?” Nabil mulai ngiri
“Kan lo enggak datang.”
“Kan gue ada waktu itu. Cuma lo-nya aja enggak liat.” 
“Ish, horor banget lo Bil."

Tidak ada komentar: