Jumat, 13 September 2013

Apa? Toko Potong Rambut


 

"Siang..."
“Siang gitu kejadiannya?” Ini Nabil mencoba mencuri obrolan gue. 
"Sianglah. Lo liat, itu anak SD baru pulang sekolah."
“Iya. Terus lo ada masalah apa dengan fotonya.” 
"Ya sabarlah. Ini juga gue baru mulai ceritanya."

… 

Cuaca panas pada siang itu membuat gue dan teman gue harus berhenti di sebuah toko potong rambut. 

“Apa. Toko potong rambut?” 
"Iyaya. Jadi apa ya? Hmm…"
“Gimana kalo di sebuah rumah kontrakan yang sedang mebuka usaha potong rambut.” 

Buset. Panjang amat. Lanjut lagi nih. Teman gue emang udah punya rencana dari awal untuk potong rambut. Kami melakukan karena lagi nunggu raket yang sedang dipasang senar baru dimana jaraknya tidak jauh dan tidak dekat dengan toko potong rambut. 

Gue-pun menunggu diluar ruangan pemotongan rambut. Karena didalam ruangan tersebut sangatlah panas. Beberapa menit kemudian gue melihat segerombolan anak SD datang. Bukan, bukan. Bukan buat gebukin gue kok. Melainkan mereka ingin bermain. 

Cara ini sangat mirip sekali dengan apa yang gue lakuin semasa SD dulu. Gue tertawa manja melihat aksi mereka memasukan badannya kedalam lobang pembatas pagar tersebut. 

“Kok ketawa manja sih Roe?” Nabil berusaha bertanya. 

Ya biar sedikit ada nuansa romantisnya. Lanjut. Gue sampe lupa mau cerita apa dengan foto kejadian lumayan langka ini. Dari lima… eh, enn.. tujuh aja deh. Biar keren kedengarannya. Ada satu anak SD lucu disana. Dia adalah anak yang sedikit mempunyai badan tidak sama dengan teman yang lainnya. Kalo kata lugunya sih gembrot

“Oh, men. Masih ada kata gembrot jaman sekarang?” 
"Aduh, Bil. Lo motong cerita gue aja sih. Ini gue lagi susah payah ingatnya."

Jadi ada anak yang badanya besar dan gerakannya juga lambat. Dia terpaksa masuk satu-satu ke lobang pagar tersebut. Kasian dia. Beginilah cara mereka melakukannya. 

Pertama, lempar tas ke arah yang mereka tuju. Kedua, mereka harus menaiki tanah yang ada didepan mereka. Ini sih kebetulan aja ada tanah yang menggunung. Jadi, ya dipermudahlah mereka melakukan aksi. Ketiga, Mulailah mereka memilih lobang pagar yang mereka inginkan. Disini tidak ada aksi saling bantu teman. Ketika kepala sudah lewat. Lewatlah sudah semua bagian tubuhnya. Kemudian lanjut lagi lari mereka. 

Kasian sekali bagi anak yang berat badannya diatas rata-rata anak-anak biasanya. Ternyata ada satu anak yang baik untuk membantu mendorong masuk secara paksa. Sebelumnya anak ini menyuruh si gembrot masuk ke lobang pagar yang lebih besar. Kemudian dia baru membantu anak tersebut untuk melewati pagar tersebut. Ada teriakan kecil gue dengar pada saat itu. Haha. Gue tertawa melihatnya sambil duduk cantik di kursi bambu. 

Ketika si gembrot itu melewati pagar. Kemudian ia tertawa bangga dan lanjut lari kembali menyusul teman lainnya. 

“Terus, anak yang ada di foto itu ngapain dia? Kencing di dinding. kayak orang dewasa, tapi malas mencari kamar mandi. Lalu dia seenaknya saja mengeluarkan kelaminnya dan urinenya disembarangan tempat. Anyiiing…” 

Lhoh Bil. Kenapa kita jadi bahas yang begituan disini. Haha. Gue setuju banget sama lo Bil. Gue sering banget tuh liat orang dewasa melakukan begituan. Kadang tanpa malu-malu melakukannya. 

“Lo juga kenapa lanjuttin bicaraan gue. Lanjut ke fotonyalah.”

Oke. Oke. Gue sedikit kebawa suasana. Mari lanjutin ceritanya. Anak yang ada di foto ini adalah anak beruntung yang bisa gue foto dan bisa gue jadiin bahan tulisan. 

“Hhe.. Apaan lo. Berdomse.” Nabil masang muka heran dan marah. 

Santai Bil. Maksud gue anak ini adalah sisa dari teman-teman lainnya yang ketinggalan. Lo liat aja tingkahnya dia masih nyari lobang yang bisa dia masukin dan jelas sekali kalo dari jauh kita bisa liat lobang tersebut enggak bakalan muat sama kepala dan bagian badan dia. 

Sebenarnya mau gue kasih tau sih sama anak itu. Berhubung gue banyak nonton film binatang buas yang ada di tipi-tipi yang sukanya bunuh binatang lainnya buat dia makan dan keluarga kecil. 

“Apaan sih Roe. Omongan lo kacau abis makin lama.” Nabil mengkerutkan jidatnya dan sambil bermalasan berfikir. 

Gue bukan guru Bil. Makanya gue susah buat jelasinnya. Intinya mah, kan ada kameramen  yang ambil gambar tu binatang buas sama mangsanya. Kenapa kameramennya enggak bantu itu bintang yang dikejar sama bintang buasnya. Suka enggak tega juga gue liatnya. 

Kecuali, gue sukanya si binatang buas kejar-kejaran sama maksanya, terus si bintang buas tersebut kecapean ngejarnya. Terus ngeliat eksperisnya dia ngos-ngossan nafasnya. Haha. Puas banget gue adegan itu. 

Jiah, panjang amat lo bahas binatang buas. Bukannya fotonya anak sekolahan SD.” 
"Lo yang mancing deluan sih."

“Terus, lo kenapa enggak mau sebutin nama bintang buasnya?”
"Gue enggak enak aja sama tu bintang. Udah binatang, ntar namanya makin tercoreng kalo gue sebut binatangnya apa. Kasian Bil."
“Anyiing…” 
"Bil, tadi pembahasan kita sampe mana ya?"
“Lo baca aja deh sendiri dari atas. Gue bisa jadi hijau kalo lama-lama bicara sama lo.” 
"Lhoh, bukannya malah bagus lo bisa hijau. Berarti lo ada klorofilnya. Atau lo bisa jadi Hulk. Keren banget tuh."
"Bil. Nabil. Lo udah tidur? Dikit lagi cerita gue kelar nih. Dengarin dong."
“Iye, gue dengarin. Cepatan.” Ini Nabil ngomongnya dengan cara bibir tertutup dan gigi atas dan bawah dibuka 0.5cm. 

Berapa menit kemudian itu anak akhirnya lulus melewati rintangan lubang pagar. Setelah beberapa kali ia coba masukin kepalanya satu-satu dengan sedikit paksaan. Selesai. 

"Bil, lo mau tau rahasianya enggak."

“Apaan?” masih tetap malas dengarin cerita gue dengan menggunakan nada bicaranya sama kayak sebelumnya. Dari jauh aja gue udah bisa liat sih lobang mana yang harus gue masukin tanpa harus memilih. Caranya adalah lo mesti cari lobang dimana cat pagarnya luntur. Atau hilang warna putihnya. Itu tandanya lobang tersebut sering dimasukin banyak orang. Benar enggak tuh?

Tidak ada komentar: