Selasa, 15 Oktober 2013

Hari Bersama Hewan Kurban

Tulisan ini diketik di kota Bandung, 11 Mei 2011.

Lebaran haji tahun ini jatuh pada tanggal 6 November 2011. Udah empat tahun lebih banyak gue lebaran haji di kosan. Sejak lulus dari bangku Sekolah Menegah Pertama gue gak pernah lagi namanya ngeliat hewan kurban bareng teman-teman naik sepeda sore hari. Wah, serulah pokoknya komplek gue waktu muda dulu. Gak seperti sekarang ini. Aura-auranya udah jelas jauh berbeda.

Beberapa rumah biasanya  memelihara terlebih dahulu hewan kurban selama 2-3 hari. Maksimalnya sih tiga hari. Nah, waktu stan kurbannya dibuka barulah si hewan kurban dibawa kesana.

Gue pernah mengalami kejadian ini. Bokap gue waktu itu beli kambing warna putih. Bokap gak mau beli warna lain. Soalnya takut beda rasa dagingnya. Apa coba~

“Ngaruh gitu Ru rasanya dengan perbedaan warna?” 

Yaa gue sih gak tau juga ngaruh apa gaknya, yang pasti bokap gue gak suka makan daging dan gue udah lupa alasannya kenapa. Mungkin aja punya pengalaman buruk. Bisa aja karena dulu bokap gue pernah makan daging KW. Bisa aja bokap gue dulu pernah diseruduk sama domba atau sapi waktu kecil. Jadi, waktu makan selalu keingat-ingat sama tanduknya. Lupakan.

Gue lanjutin ceritanya. Waktu rumah (maksud gue rumah perusahaan bung) gue masih ada halaman lumayan besar dan cukup buat kejar-kejaran sepuluh anak kecil. Tertancaplah satu tiang bendera. Ada satu pohon kelapa. Ada sepasang ayunan hanya menyisahkan tiang doang. Kebetulan kambing gue ini diikat tepat di tiang bendera.


Beginilah ceritanya…

Hari pertama peliara. Gue gak perlu repot-repot cari makannya. Udah ada rumput di bawah kakinya. Kambing gue ternyata demen daun manga. Kebetulan letak tiang bendera gak jauh dengan pohon manga. Tali si kambing ini panjangnya semeter lebih dikit. Kalau diikat pendek banget entar dia gak bebas ber-ekspresi.

Hari kedua peliara. Taiknya bau rumput dan dedaunan terpaksa harus gue bersihin. Soalnya udah berkeliaran dimana-mana. Coba taiknya keras. Bisa gue jualin ke anak-anak. Soalnya ‘itu’-nya bulat-bulat kecil. Anak-anak kayak gue dulu mainannya masih berbentuk kelereng. Komputer mah disana belum ada yang punya. Ada sih, tapi selama main ke rumah teman gak pernah liat namanya komputer di rumahnya.

Setelah bersihin kotoran si kambing, gue disuruh bokap mandiin kambing. Aje gile Ndro. Kambing mana ada yang mandi. Bakalan diseruduk sama ni kambing kalo gue mandiin. Ternyata setelah gue ikut pelatihan dengan bokap cara memandiin kambing dengan benar. Gue berhasil mandiin itu kambing dengan tenang.

Pertama, jangan asal siram kambingnya. Dia gak jauh beda dengan lo mandi. Bedanya hanya dia di ruangan terbuka doang. Gue juga sebenaranya waktu kecil suka banget mandi di halaman rumah pake selang. Balik lagi ke kambing. Dia itu makluk lemah terhadap air. Siram menggunakan perasaan. Sedikit-dikit. Kayak lo mandiin anak bayi intinya mah.

Kedua, karena kambing gue warnanya putih jadi keliatan banget kalo kotor warnanya langsung kuning. Lo sikat tuh pelan-pelan. Seperti lo nyikat badan lo sendiri. Jangan sikatnya kayak nyuci pakaian. Pasti itu dengan penuh kenafsuan semata sikatnya. Itu pasti. Apalagi kalo itu kotorannya gak mau ilang-ilang alias membandel. Sikat kambing dengan satu arah saja. Jangan maju mundur, maju mundur. Itu sakitnya bakalan dua kali lipat.

Ketiga, jangan lupa ketika lagi mandiin kambing lo ajak ngobrol juga biar senang kambingnya. Walaupun gaya bahasanya beda, pasti kita bisalah niru-niru suara kambing. Gunakan irama yang beda-beda walaupun kata yang lo tau itu “Embee~” doang.

Bisa juga lo gunakana bahasa manusia. Walaupun dia hampir tidak mengerti sama sekali apa yang lo bicarakan. Kambing ini pasti ngerasa nyaman dan bisa langsung mengenal bahwa lo adalah pemiliknya. Ini sih pengalaman gue selama nonton di tivi-tivi begitu.

Hari ketiga. Hari paling seru di komplek gue. Dimana hari ketiga kambing-kambing di bawa ke tempat kurban. Disinilah gue bisa ngeliat teman-teman gue bawa kambingya ke tempat tujuan. Bukan perkara mudah bawa ini kambing jalan ke tempat kurbannya.

Tidak ada komentar: