Waktu masih pagi. Pagi itu masih
membaca yang namanya mata kuliah bahasa rakitan. Itupun juga baca sambil balas
SMS dari teman yang berbeda pulau. Bisa di bilang itu nama pulau Sumatra. Ga
tau juga kalau sekarang apa udah berubah apa belum namanya. Suasana pada hari
ini menggunakan suasana UAS. Dimana para mahasiswa fokus untuk belajar mati-sematinya.
Tetapi, gue masih bisa santai. Mungkin bisa dibilang sangat santai. Masih saja sempat
nulis kegiatan yang akan dilakukan pada bulan Febuari 2010. Kegiatan terjauh bersama
kru BLACKBOX. Walaupun tidak masuk
rekor MURI, tapi kami pasti akan bangga bisa menuju kesana bersama–sama.
BLACKBOX, kalian sudah pada
tau-kan apa itu? Bukan. Bukan yang ada di dalam pesawat. Tapi itu nama angakatan
gue yang dibuat dua tahun lalu. Dimana gue menemukan kembali anak – anak
angkatan gue pada nongol di situs jejaringan. Facebook, mungkin kalian sudah tidak
asing lagi mendengarnya.
Kembali lagi ke-angkatan. Awal
mula namanya INGATLAH HARI INI. Banyak orang bilang nama itu terlalu panjang.
Dan susah untuk disimpan di memori otak teman-teman gue. Beberapa bulan
kemudian, teman gue Akhyar memberikan sebuah ide untuk diganti namanya. Gue
engga tau kenapa harus ganti nama segala. Apa mungkin biar sedikit menjual gitu
namanya. Atau hanya mudah diingat saja. Ya sudahlah engga usah terlalu dipermasalahkan.
Namanya juga udah ada kok dan sudah disetujui banyak orang. Muncul-lah nama BLACKBOX.
Untuk lebih lanjut, kita akan membahasnya nanti. Di tulisan berikutnya. Itupun
kalau gue ingat ya. *senyum curang nan egois*
Kembali lagi kita ke kontrakan gue yang berisi empat kamar, satu ruang tengah, satu kamar mandi, satu dapur, dan satu ruang tamu. Ya bisa dibilang ruang tamu kami sudah dibuat tempat penitipan motor, barang tidak dipakai lagi dan handuk.
Kembali lagi kita ke kontrakan gue yang berisi empat kamar, satu ruang tengah, satu kamar mandi, satu dapur, dan satu ruang tamu. Ya bisa dibilang ruang tamu kami sudah dibuat tempat penitipan motor, barang tidak dipakai lagi dan handuk.
Kembali lagi ke pokok masalah.
Yup.. mata kuliah bahasa rakitan yang terpilih pada pagi ini yang akan di
UAS-kan. Gue sama sekali engga ada persiapan dan engga ada belajar. Hanya baca
– baca sekilas saja itu buku. Gue sama sekali engga ngerti mata kuliah yang
satu ini. Di semester empat, gue udah pasrah dengan ini mata kuliah. Dan
akhirnya gue memutuskan untuk tidak mengikuti UAS hari ini.
Mengapa tidak. Tentu tidak,
karena gue datang cuma ngabsen doang.
Dikasih soal pastinya gue engga bisa jawab satupun. Biasanya kebanyakan orang
bilang “Au ah gelap.” Ujian kali ini di mulai pukul 12.15 WIB. Gue baru bangun
jam 11.05 WIB. Itu sebenarnya gue ketiduran, rencananya engga mau tidur, tapi
apa daya sudah berbaring di kasur engga ditidurin, kan sayang. Matapun akhirnya
terpejamkan layaknya dibius di ruang operasi.
Jam sebelas bangun, ada terdengar
suara masuk ke telinga dengan irama tidak merdu. Itu-tu gue dengar secara berulang–ulang tanpa henti. Waktu itu
masih setengah sadar. Diluar sana ada banyak sekali manusia yang main ketok
pintu orang dengan sembarangan. Gue intip tuh dari kamar. Lumayan ramai orang
diluar. Ada-lah lima orang. Kelima orang tersebut berpencar untuk mengetok
pintu yang ada di dekat mereka. Sampai juga suara ketukan pintu pas didepan
kontrakan. Terre bukain tuh pintu.
Dikiranya ibu–ibu yang biasa datang kerumah, mau ambil cucian. Ternyata penjual
obat nyamuk datang lagi. Mungkin gue sedikit mendengar percakapan mereka.
“Punten A, satu rumah ini ada
berapa kamar yah?” Mbak itu mencoba bertanya. Mbak satu lagi hanya melihat
saja.
“Ada empat.” T jawab tanpa
basa–basi. Bagian selanjutnya gue kurang begitu mendegarkan, tapi lebih
kurangnya seperti ini.
“Jadi A, masing-masing kamar
harus memilikinya.” Mencoba menjelaskan kembali.
“Maaf mbak, kami sudah punya
sepuluh disini.” Itu bukan jawaban T, tapi itu jawaban gue dari balik kamar. Kalau
aslinya mana berani gue ngomong begituan. Hehehe..
“Bukan begitu A, masalahnya ini
harus kalian beli, atau besok saya datang lagi untuk … …” itu teksnya terputus
karena engga tau lagi dia ngomong apa.
…
Akhirnya T beli juga, tapi cuma
dua. Awalnya sih katanya disuruh beli 25. Gila-aja
si mbak. Anak kosan disuruh beli banyak. Pintu ditutup, terus pintu dikunci,
tapi engga otomatis terkunci. Kuncinya masih pake tenaga manusia. Terus gue
lupa mau nyambung ceritanya kemana. Soalnya waktu pada saat itu tidak
bersahabat. Sehingga jadi malas untuk melanjutin ceritanya. Jadi THH (Tah
Hapa-Hapa) ini cerita. Mohon ane jangan di bata ya Gan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar