Hari demi hari belum ada
perubahan sama sekali. Masih belum mendapatkan ide dan semakin hari semakin
pusing saja ini penduniaan mahasiswa. Kurang pas rasanya kalo sudah jadi
mahasiswa tidak mendegarkan lagunya The Panas Dalam. Liar abis men liriknya.
“Eh, Roe lagi ngapain lo?”
“Kapan lo datanganya Bil?”
“Barusan aja. Pas lo keluar ke
kamar mandi gue udah datang. Terus gue kebawah bentar beli jajanan. Pintu kamar
kenapa enggak lo kunci?”
“Oo.. gue tadi cuci tangan
bukan ke kamar mandi Bil. Baru selesai makan ini.”
“Terus lo lagi ngerjain apaan?”
“Enggak ada, gue lagi baca
cerita Bil. Soalnya gue lagi ditantang untuk membuat cerita yang enggak kalah
dengan drama Korea.”
“Jiah, bukannya gampang itu. Lo
kan suka nonton drama Korea sama dorama Jepang. Setidaknya lo udah adalah
sedikit referensinya.”
“Iya sih. Namanya tantangan
enggak ada yang gampang Bil. Harus ada sisi emosional di dalam ceritanya itu.
Nah, sedangkan gue harus bercerita minimal itu seribu kata.”
“Cerita pendek dong.”
“Bisa dibilang begitu sih.”
“Gue ada ide nih. Gimana kalo
lo buat ceritanya itu ada chapternya. Nah, biar terlihat lebih seru.”
“Hahaha. Benar juga lo ya Bil.
Kita banyak banget ide ya, tapi selama ini enggak ada yang dijalanin dengan
benar. Selalu salahin aturan yang berlaku.”
“Itu karena lo enggak
konsisten. Makanya jangan mengerjakan suatu perkerjaan itu dengan
setengah-setengah. Jadi, lo dipujinya juga setengah-setengah nantinya.”
“Abis darimana lo Bil, bisa
ngomong sebegitu rupa?
“Mana wehlah. Dapat di jalan
itu juga kata-katanya. Udah, jadi mau nulis cerita enggak lo?”
“Jadi. Mari kita lakukan
bersama Bil.”
“Siap.”
“Karakter utama namanya Budi.”
“Lha kok Budi.”
“Biar cepat aja Bil. Lagian itu
nama Indonesia banget kan. Masa sih kita mau contek mentah-mentah Negara orang
lain?”
“Bener juga lo Roe.”
“Budi adalah seorang anak
rantau yang sedang menuntut ilmu di daerah Bandung.”
“Rantauan mana dia?”
“Medan.”
“Jiah, Medan kenapa namanya
Budi. Ucoklah.”
“Ya dia di Medan juga merantau
gara-gara orang tuanya.”
“Oo..”
“Awalannya gimana ya Bil buat
cerita. Bingung gue. Belum ada inspirasi. “
“Udah nulis aja dulu apa aja
yang di dalam pikiran lo. Entar gue ikut mikir lagi buat ngerombak agar lebih
padat merayap lagi.”
…
Kemudian pembembicaraan
berhentilah sampai disini tanpa ada sambungan apapun.