Sabtu, 08 Juni 2013

Dibalik Penulisan Mahasiswa Rantangan

Hari demi hari belum ada perubahan sama sekali. Masih belum mendapatkan ide dan semakin hari semakin pusing saja ini penduniaan mahasiswa. Kurang pas rasanya kalo sudah jadi mahasiswa tidak mendegarkan lagunya The Panas Dalam. Liar abis men liriknya.

“Eh, Roe lagi ngapain lo?”
“Kapan lo datanganya Bil?”
“Barusan aja. Pas lo keluar ke kamar mandi gue udah datang. Terus gue kebawah bentar beli jajanan. Pintu kamar kenapa enggak lo kunci?”
“Oo.. gue tadi cuci tangan bukan ke kamar mandi Bil. Baru selesai makan ini.”
“Terus lo lagi ngerjain apaan?”
“Enggak ada, gue lagi baca cerita Bil. Soalnya gue lagi ditantang untuk membuat cerita yang enggak kalah dengan drama Korea.”
“Jiah, bukannya gampang itu. Lo kan suka nonton drama Korea sama dorama Jepang. Setidaknya lo udah adalah sedikit referensinya.”
“Iya sih. Namanya tantangan enggak ada yang gampang Bil. Harus ada sisi emosional di dalam ceritanya itu. Nah, sedangkan gue harus bercerita minimal itu seribu kata.”
“Cerita pendek dong.”
“Bisa dibilang begitu sih.”
“Gue ada ide nih. Gimana kalo lo buat ceritanya itu ada chapternya. Nah, biar terlihat lebih seru.”
“Hahaha. Benar juga lo ya Bil. Kita banyak banget ide ya, tapi selama ini enggak ada yang dijalanin dengan benar. Selalu salahin aturan yang berlaku.”
“Itu karena lo enggak konsisten. Makanya jangan mengerjakan suatu perkerjaan itu dengan setengah-setengah. Jadi, lo dipujinya juga setengah-setengah nantinya.”
“Abis darimana lo Bil, bisa ngomong sebegitu rupa?
“Mana wehlah. Dapat di jalan itu  juga kata-katanya. Udah, jadi mau nulis cerita enggak lo?”
“Jadi. Mari kita lakukan bersama Bil.”
“Siap.”
“Karakter utama namanya Budi.”
“Lha kok Budi.”
“Biar cepat aja Bil. Lagian itu nama Indonesia banget kan. Masa sih kita mau contek mentah-mentah Negara orang lain?”
“Bener juga lo Roe.”
“Budi adalah seorang anak rantau yang sedang menuntut ilmu di daerah Bandung.”
“Rantauan mana dia?”
“Medan.”
“Jiah, Medan kenapa namanya Budi. Ucoklah.”
“Ya dia di Medan juga merantau gara-gara orang tuanya.”
“Oo..”
“Awalannya gimana ya Bil buat cerita. Bingung gue. Belum ada inspirasi. “
“Udah nulis aja dulu apa aja yang di dalam pikiran lo. Entar gue ikut mikir lagi buat ngerombak agar lebih padat merayap lagi.”


Kemudian pembembicaraan berhentilah sampai disini tanpa ada sambungan apapun.

Rabu, 05 Juni 2013

Mahasiswa Pengantar Rantang




Inilah kehidupan bukan di ibu kota, tetapi tetangganya ibu kota. Yap, Bandung adalah kota kreatif. Itu sih kata orang yang sudah lama tinggal disini. Kenapa harus Bandung tempat persinggahan? Uops… bukan singgahan, melainkan menuntun ilmu disini.

Sayangnya ilmu gue pas-passan sekali. Mau masuk ke universitas negri aja gue enggak mampu. Apalagi masuk kedalam sebuah institut ternama. 

Hahaha…

Lucu memang kalo diingat masa SMA itu. Banyak rencana yang dilakukan setelah lulus. Eh, malah perubahan rencana itu harus dilakukan diwaktu yang tidak diinginkan. 


Senin, 03 Juni 2013

Karakter Budi dan Tantri

Namanya Budi. Mahasiswa pengantar rantang. Hidupnya lempeng kayak otaknya yang selalu tidak terbebani walau ia sebentar lagi akan punah dari kampusnnya.

Namanya Tantri. Mahasiswi baru melek. Anaknya simpel dan ceria. Gemar latihan taekwondo. Sayangnya ia punya hobi seperti anak ABG masa kini. Selalu update status berbau galau-galau gimana gitu di Facebook dan aktif dalam dunia twitter yang kebanyakan isinya 'Folbek ya Kakak.'

Ada apa dengan mereka berdua? Dua karakter sangat berlawanan arah bisa sampai dipertemukan. Kita tunggu petualangan apa saja yang mereka bedua temukan. Akankah kedua maha a dan i ini dapat mempersatukan rantang dan ilmu bela diri? Bisakah mereka makan sepering berdua?

“Kalimat yang terakhirnya itu enggak nyambung banget Roe.”
"Udah biarin aja."
*Cerita ini hanya fiksi belaka. Kalo ada kesamaan dalam pertokohan penulis minta maaf. Karena ya namanya juga cerita kadang bisa sama kadang juga si penulis enggak sanggup lagi nulis kelanjutannya dan membuat pembaca semakin penasaran. Satu lagi pesan penulis. Selalu doakan penulis untuk tetap eksis menulis cerita ini sampai selesai.