Malas
adalah penyakit mental. Siapa dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari
gapaian. Selamat berjumpa kembali dengan gue Roe. Semoga yang mampir ke blog gue
tidak bosan. Aminn. Nah, kali gue tuh
lagi malas–malasnya. Mau kuliah kek, les kek, apapun itu kegiatannya gue ya malas.
Nah, gue mencoba nyari di internet
tentang mala situ gimana dampak kedepannya.
Wah,
ternyata ada. Tentu ada. Gue rasa bagus juga jadi bahan renungan buat gue
seorang pemalas berat. Mari kawankemon kita hindarkan mulai sekarang! Ini hasil
tulisan yang gue temukan di internet. Silakan dibaca.
Rasa
malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas
adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda
sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll. Jika keluarga besar dari rasa
malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita, maka dijamin
kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa
mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan.
Rasa
malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Mengapa disebut penyakit
mental? Disebut demikian karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat
merugikan. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini
jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya
tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh
individu malas tidak akan pernah maju.
Rasa
malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan
atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas jenis yang satu ini relatif
lebih bisa ditanggulangi. Nah, bagaimana cara mengatasinya? Berikut
kiat-kiatnya:
1. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.
Di
sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen
pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat
rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini
membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan cenderung
menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada motivasi untuk
meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup
menyebabkan kemalasan.
Supaya
motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan - tujuan hidupnya.
Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup
Yang Lebih Baik (GPU, 2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang
ingin diselesaikan, dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat
secamilanik). Contoh komitmen; "pada ulang tahun yang ke .... saya sudah
harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih promosi pekerjaan, mencapai
gelar S-3, memiliki rumah dan mobil, melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara,
dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga."
2. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan - tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan - tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan - tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan - tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Contoh;
jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak
sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan
tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan
penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan
memperbaiki kemampuan presentasi.
Jika
aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan
komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang benar.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada posisi dan
lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa
percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja
menumbuhkan semangat.
Sebaliknya,
jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan
semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada
titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah
tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.
3. Pergaulan Dinamis
Para
pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung
berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran.
Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang.
Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang
sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi.
Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama -
lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Situasi
atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai
dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai
diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking.
Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat
melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau
demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang
sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan kebuntuan
justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-masing pihak
pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
Jika
rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara
paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri
orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka
yang sedang bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia-manusia
optimis, self - motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan
hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di
sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi
orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut
tergerak.
4. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Motivator
No.1 Indonesia, yang bunyinya; "Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar
akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan
lunak kepada kita". Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan,
bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa
disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan
baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa
kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang
menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa
menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja
profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja?
Sebaliknya,
jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan,
mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam
tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja
pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah
besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti
ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasaran
PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
Rasa
malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan
mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang
memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka
cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau
Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.
Narasumber: Rasa Malas dan Cara Mengatasinya
oleh Edy Zaqeus. Edy Zaqeus telah menelorkan buku "Kontekstualisasi Ajaran
I Ching" (Grasindo, 2004), dan dua buku lainnya yaitu "Kalau Mau Kaya
Ngapain Sekolah" (Gradien, 2004), dan "Resep Cespleng
Berwirausaha" (Gradien, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar