Huwaaa…
sudah bulan Febuari 2013 saja sekarang. Waktu, waktu mengapa engkau begitu
cepat berjalan. Menurut perkiraan gue ternyata benar. Gue akan menjadi anak
terakhir yang lulus kuliah. Hampir 93% angkatan gue atau biasa dikenal dengan
BLACKBOXNESIA sudah pada lulus dan mempunyai kerja yang terbilang layak. Apalagi ada beberapa diantara yang sudah terbilang sukses. Gue sih merasa
senang melihat teman-teman gue mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Ngapain roe?
Mencoba
petualangan baru.
Melawan monster disana?
Bukan.
Jadi apaan dong?
Numpang
tinggal disana. Haha. Itu juga kalau diizinkan oleh warga disekitar sana.
Memangnya kenapa dikosan?
Enggak
kenapa-kenapa sih. Kan udah gue bilang mencoba petualangan baru. Disana gue
bakalan mencari rumah pertenakan sapi. Yang kemudian gue minta izin ke
pemiliknya untuk dapat diperkerjakan disana.
Beugh, terus ijazah lo buat apaan dong ntar?
Buat
orang tua.
Memangnya lo enggak tertarik untuk kerja kantoran. Pakaiannya rapi,
pakai dasi lagi.
Enggak.
Kalau kerja lapangan gue mau. Kalau dikantor terus bisa-bisa cepat bosan gue.
Bayangan gue seperti ini. Pertama, gue cari di internet cara pergi kesana. Naik
apa dan dimana alamatnya. Kemudian gue bawa satu ransel doang. Sampai disana
langsung bertemu dengan yang punya ternak. Kalau enggak diterima juga gue balik
lagi ke Bandung. Haha…
Kalau diterima?
Gue
minta izin buat penginapannya.
Kalau lo disuruh tidur di kandang sapinya?
Waduh,
bener juga lo Bil. Gue enggak kepikiran kesana. Ya apa boleh jadi. Lanjutlah.
Kalau lo belum di kasih sapi buat lo jaga atau lo kasih makan?
Ya
pasti gue harus bersihin kandangnyalah. Dari paling bawah dulu pastinya.
Siangnya
istiraha. Nongkrong di saung. Eh, enggak berapa lama datang anak bapak yang
punya peternakannya. Cewek pulak. Kembang desa lagi. Udahlah. Beruntungnya gue.
Haha.
Panggil
saja namanya Anne.
Kebagusan namanya buat sebuah desa.
Jadi
apaan dong. Ratna. Gimana?
Hmm.. bolehlah. Terus.
Ratna
membawa rantang.
RANTANG~ Haha…
Iyah,
jadi apaan dong itu namanya. Ya membawa bekalah. Ternyata dia membawa itu bukan
buat gue dong. Buat bapaknya.
Yaiyalah. Lo kan belum dikenalin sama bapaknya.
Benar
sekali.
“Beh,
ini bekal hari ini.” Kata Ratna masih nama samaran.
“Iya,
taruh aja disana.” Kata babeh sambil baring dan kipas-kipas. Disini hanya ada
gue, babeh dan Ratna.
Memangnya peternak yang lainnya pada kemana semuanya?
Ada.
Kan hari pertama. Perkenalan ternak.
“Yaudah
beh, kalo gitu Tika pulang dulu.”
Tuh kan lo salah namanya. Bukan Ratna namanya, tapi Tika. Cemananya
kau ini.
Bisa
jadi namanya Tika Ratnawati.
Sesuka lo ajalah. Terus.
“Oiya,
babeh lupa. Ini ada pengembala baru. Katanya sih dari Bandung. Kamu kan pengen
banget tuh pergi ke Bandung. Bah bisa tuh pergi bareng dia.”
Gue
yang pada saat itu sedang minum langsung keselek. Airpun keluar dari arah
mulut. Terus gue bilang ke siabapak tersebut “Memang bapak percaya sama saya?
Bisa aja saya culik anak bapak.”
“Memangnya
kamu berani?” Pak Darjo-pun bangun.
“Udah
beh, Tika pulang dulu.”
Pak
Darjo menendang pantat gue yang sedang duduk dan tersentaklah gue berkata
“Aduh.” Guepun terbangun memegang pantat. Gue melihat Tika. Tika menahan
senyumnya.
“Oiya,
gue Roe.” Sambil berpindah garukan dari pantat ke kepala.
Pak
Darjo berdehem. “Jangan mau salaman. Tangannya udah gak bersih lagi.”
Gue
udah terlanjur dong menjulurkan tangan. Akhirnya gue salaman dengan diri
sendiri.
“Tika.”
Memberikan senyuman hangat atau senyuman selamat datang.
“Permisi
pulang dulu kalau gitu kang.”
“Sama
babeh mana?” Pak Darjo menyambar pembicaran kita.
“Kan
udah Beh.”
“Yaudah,
pulang sana. Hati-hati.”
…
Berarti Pak Darjo senang sama lo atau lo memang mau dijodohkan sama
Tika tuh.
Ya
kita liat aja gimana kenyataannya. Impian kan dapat berubah sewaktu-waktu.
Haha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar