Kamis, 07 Februari 2013

Desanya Ratna

Huwaaa… sudah bulan Febuari 2013 saja sekarang. Waktu, waktu mengapa engkau begitu cepat berjalan. Menurut perkiraan gue ternyata benar. Gue akan menjadi anak terakhir yang lulus kuliah. Hampir 93% angkatan gue atau biasa dikenal dengan BLACKBOXNESIA sudah pada lulus dan mempunyai kerja yang terbilang layak. Apalagi ada beberapa diantara yang sudah terbilang sukses. Gue sih merasa senang melihat teman-teman gue mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

Seperti rencana awal. Gue kalau sudah lulus akan pergi ke suatu daerah yang bernama Pangalengan. Masih di Jawa Barat juga tempatnya.

Ngapain roe? 
Mencoba petualangan baru. 
Melawan monster disana? 
Bukan. 
Jadi apaan dong? 
Numpang tinggal disana. Haha. Itu juga kalau diizinkan oleh warga disekitar sana. 
Memangnya kenapa dikosan? 

Enggak kenapa-kenapa sih. Kan udah gue bilang mencoba petualangan baru. Disana gue bakalan mencari rumah pertenakan sapi. Yang kemudian gue minta izin ke pemiliknya untuk dapat diperkerjakan disana. 

Beugh, terus ijazah lo buat apaan dong ntar? 
Buat orang tua. 
Memangnya lo enggak tertarik untuk kerja kantoran. Pakaiannya rapi, pakai dasi lagi. 

Enggak. Kalau kerja lapangan gue mau. Kalau dikantor terus bisa-bisa cepat bosan gue. Bayangan gue seperti ini. Pertama, gue cari di internet cara pergi kesana. Naik apa dan dimana alamatnya. Kemudian gue bawa satu ransel doang. Sampai disana langsung bertemu dengan yang punya ternak. Kalau enggak diterima juga gue balik lagi ke Bandung. Haha… 

Kalau diterima? 
Gue minta izin buat penginapannya. 
Kalau lo disuruh tidur di kandang sapinya? 
Waduh, bener juga lo Bil. Gue enggak kepikiran kesana. Ya apa boleh jadi. Lanjutlah. 
Kalau lo belum di kasih sapi buat lo jaga atau lo kasih makan? 
Ya pasti gue harus bersihin kandangnyalah. Dari paling bawah dulu pastinya. 

Siangnya istiraha. Nongkrong di saung. Eh, enggak berapa lama datang anak bapak yang punya peternakannya. Cewek pulak. Kembang desa lagi. Udahlah. Beruntungnya gue. Haha.

Panggil saja namanya Anne. 

Kebagusan namanya buat sebuah desa. 
Jadi apaan dong. Ratna. Gimana? 
Hmm.. bolehlah. Terus. 

Ratna membawa rantang. 

RANTANG~ Haha… 
Iyah, jadi apaan dong itu namanya. Ya membawa bekalah. Ternyata dia membawa itu bukan buat gue dong. Buat bapaknya. 
Yaiyalah. Lo kan belum dikenalin sama bapaknya. 
Benar sekali. 

“Beh, ini bekal hari ini.” Kata Ratna masih nama samaran. 
“Iya, taruh aja disana.” Kata babeh sambil baring dan kipas-kipas. Disini hanya ada gue, babeh dan Ratna. 

Memangnya peternak yang lainnya pada kemana semuanya? 
Ada. Kan hari pertama. Perkenalan ternak. 

“Yaudah beh, kalo gitu Tika pulang dulu.” 

Tuh kan lo salah namanya. Bukan Ratna namanya, tapi Tika. Cemananya kau ini. 
Bisa jadi namanya Tika Ratnawati. 
Sesuka lo ajalah. Terus. 

“Oiya, babeh lupa. Ini ada pengembala baru. Katanya sih dari Bandung. Kamu kan pengen banget tuh pergi ke Bandung. Bah bisa tuh pergi bareng dia.” 

Gue yang pada saat itu sedang minum langsung keselek. Airpun keluar dari arah mulut. Terus gue bilang ke siabapak tersebut “Memang bapak percaya sama saya? Bisa aja saya culik anak bapak.” 

“Memangnya kamu berani?” Pak Darjo-pun bangun. 
“Udah beh, Tika pulang dulu.” 

Pak Darjo menendang pantat gue yang sedang duduk dan tersentaklah gue berkata “Aduh.” Guepun terbangun memegang pantat. Gue melihat Tika. Tika menahan senyumnya. 

“Oiya, gue Roe.” Sambil berpindah garukan dari pantat ke kepala. 
Pak Darjo berdehem. “Jangan mau salaman. Tangannya udah gak bersih lagi.” 

Gue udah terlanjur dong menjulurkan tangan. Akhirnya gue salaman dengan diri sendiri. 
“Tika.” Memberikan senyuman hangat atau senyuman selamat datang.
“Permisi pulang dulu kalau gitu kang.” 
“Sama babeh mana?” Pak Darjo menyambar pembicaran kita. 
“Kan udah Beh.” 
“Yaudah, pulang sana. Hati-hati.” 

 

Berarti Pak Darjo senang sama lo atau lo memang mau dijodohkan sama Tika tuh. 
Ya kita liat aja gimana kenyataannya. Impian kan dapat berubah sewaktu-waktu. Haha.

Tidak ada komentar: